Tuesday, March 30, 2010

KH. Sahal Mahfuzh Kembali Terpilih Rais Am PBNU

Berdasar tata tertib yang disepakati bersama, calon Rais Am dinyatakan sah bila mendapat dukungan 99 suara. Hasil putaran pertama pemilihan Rais Am meloloskan KH Sahal Mahfudz dan KH Hasyim Muzadi. Namun seusai penghitungan suara, KH Hasyim Muzadi menyatakan tidak bersedia dicalonkan sebagai Rois Am PBNU periode 2010-2015 M.

Pernyataan ketidaksediaan KH Hasyim Muzadi ini disampaikan melalui surat yang dibacakan di depan sidang pleno ke-6 di auditorium utama Asrama Haji Sudiang Makassar, Sabtu (27/3). Dengan demikian secara aklamasi disepakati KH Sahal Mahfudz sebagai Rois Am PBNU periode 2010-2015 M.


Hak pilih Muktamirin yang digunakan berjumlah 492 suara. KH Sahal Mahfudz mendapatkan dukungan sebanyak 272 suara, KH Hasyim Muzadi 180 suara dan KH Maemun Zubair mendapatkan 29 suara. Habib Luthfi disebut sebanyak 4 kali dan suara lainnya untuk KH Ma’ruf Amin, KH Abdullah Mokhtar, 'Maimun Iskandar', KH Said Aqil dan KH Salahuddin..

Gegap gempita para muktamirin mengmandangkan sholawat badar kemudian membahana ketika palu sidang diketok. Saat berita ini ditulis sedang dilangsungkan pemilihan untuk ketua umum tanfidziyah PBNU. (min)

================================================

KH Sahal Mahfudz Kembali Terpilih Jadi Rais Aam
Sabtu, 27 Maret 2010 | 13:42 WIB
Makassar, KOMPAS.com

KH Sahal Mahfudz akhirnya terpilih kembali untuk ketiga kalinya menjadi Ketua Rais Aam PBNU periode 2010-2015. Ia memperoleh 272 suara, mengungguli KH Hasyim Muzadi yang mengoleksi 180 suara. Kemenangannya langsung disambut salawat.

Kandidat lainnya, KH Ma'mun Zuhri, KH Solahuddin Wahid, KH Habib Lutfi, KH Said Aqil, KH Muh Anti Jil, KH Maemun Iskandar, Buya Siddiq, KH Ma'mun Zubair, dan KH Mustafa Bisri, masing-masing mengoleksi satu suara.

Sementara itu, KH Maemun Zubair mendapat 29 suara, KH Maruf Amin dua suara, dan dua suara batal.

Seharusnya kertas suara sah sebanyak 503 suara, dua suara dibatalkan karena sengaja tidak memilih, satu batal karena menulis dua nama berbeda dalam satu kertas.

Kemenangan KH Sahal langsung disambut alunan salawat Nabi Muhammad oleh pendukungnya di luar ruangan sidang.

Sesuai ketentuan tatib, kandidat yang memperoleh 99 suara akan maju pada pemilihan putaran kedua. Itu artinya, KH Sahal dan Hasyim Muzadi yang berhak maju ke putaran dua.

Namun, Hasyim Muzadi mengundurkan diri sehingga KH Sahal dinyatakan menjadi pemenang. Muktamirin langsung menyambut sikap Hasyim dengan takbir.

Hasyim Mengundurkan Diri atas Restu Kakaknya

KH Hasyim Muzadi menyatakan tidak bersedia dicalonkan sebagai rais am setelah berkonsultasi dan mendapatkan restu kakaknya KH Muchit Muzadi. Demikian disampaikan langsung oleh KH Hasyim Muzadi kepada NU Online sesaat sebelum menyatakan tidak bersedia dicalonkan.

"Saya telah mendapatkan restu dari Kak Muchit agar muru'ah (kehormatan, red) NU ini tetap terjaga," kata Hasyim singkat sambil meminta kertas catatan kecil NU Online untuk menuliskan surat ketidaksediaan itu.


Sedianya Hasyim meminta seseorang untuk menyampaikan surat singkat itu kepada pimpinan sidang. Namun karena orang yang dimaksud tak berani akhirnya ia sendiri maju sendiri ke depan pimpinan sidang dan menyerahkan surat ketidaksediaan itu.

Kontan setelah surat singkat itu dibacakan, muktamirin langsung berkerumun mendekati Hasyim. Seseorang langsung memeluknya sambil menangis meronta. Hasyim keluar sidang dengan iringan shalawat badar.

Kepada NU Online sebelum memasuki auditorium utama Asrama Haji Sudiang, Hasyim sempat mengatakan akan berkonsentrasi mengurus Pondok Pesantren Al-Hikam yang dipimpinya, di Malang dan Depok, setelah menjabat Ketua Umum PBNU selama dua periode. (nam)

Kalahkan Slamet Effendy, KH Said Aqil Pimpin PBNU

Sabtu, 27/03/2010 19:19 WIB
Kalahkan Slamet Effendy, KH Said Aqil Pimpin PBNU

Makassar - Meski penghitungan suara belum selesai, KH Said Aqil akhirnya terpilih menjadi Ketua Umum PBNU yang baru. Perolehan suara Slamet Effendy tidak bisa lagi mengejar suara Said.

Dengan hasil ini, Muktamar NU ke-32 di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan,

Sabtu (27/3/2010) menghasilkan Said Aqil sebagai ketua sampai 2015 mendatang. Said akan mendampingi KH Sahal Mahfudh yang sudah lebih dulu terpilih sebagai Rois Am PBNU.


Dari jumlah suara 496, Said mendapat 250 suara. Sedangkan Slamet 179. Penghitungan sempat dihentikan sesaat karena Slamet memberi selamat kepada Said.

Perolehan suara Said sendiri sejak awal memang terus mendominasi pertarungan. Bahkan suara dukungan Slamet tidak pernah bisa melewati perolehan suara Said.

Selama penghitungan suara berlangsung, pendukung kedua kubu terus menyemarakan suasana. Pendukung Said dan Slamet terus memekikan kalimat 'Allahu Akbar' saat kedua nama jagoan mereka disebut. Kini penghitungan suara kembali dilanjutkan. (mad/mok)

Said Aqil, Pengkaderan, dan Kembali ke Pesantren

Selasa, 30 Maret 2010
Makassar, NU Online

Setelah sepuluh tahun menanti, kesempatan Prof Dr KH Said Aqil Siradj untuk memimpin Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia, akhirnya datang juga. Pada Sabtu malam, setelah melalui dua tahap pemilihan, di Muktamar ke-32 NU di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Said Aqil terpilih sebagai ketua umum Pengurus Besar (PB) NU.

Said memenangi pengumpulan suara dalam pemilihan yang dilakukan langsung. Ia mengumpulkan 294 suara dari pengurus wilayah dan atau pengurus cabang NU se-Indonesia. Pesaingnya, Slamet Effendy Yusuf, mantan ketua umum Gerakan Pemuda Ansor selama dua periode, "hanya" mendapat 201 suara.


Sebenarnya ada kandidat lain yaitu Salahuddin Wahid, Masdar Farid Masudi, Ali Maschan Moesa, Ahmad Bagdja, dan Ulil Abshar Abdalla. Tetapi, mereka kandas dalam upaya mendapat tiket sebagai calon ketua umum PBNU karena gagal mengumpulkan sedikitnya 99 suara yang merupakan syarat minimal yang ditetapkan muktamar.

Keyakinan Said Aqil bahwa dukungan yang diperolehnya saat maju sebagai calon ketua umum di Muktamarke-30 NU di Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, tahun 1999, merupakan modal awal yang menguntungkan baginya.

Dalam muktamar kala itu ia memang kalah tipis, hanya selisih 32 suara, dari KH Hasyim Muzadi yang saat itu didukung KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Namun, sisi positifnya, ia menjadi dikenal dan dikenang oleh pengurus NU se-Indonesia.

"Di Lirboyo saya mendapat 135 suara. Setelah sepuluh tahun tentu jumlahnya beranak-pinak," kelakarnya kepada wartawan di Makassar, Selasa (23/3). Meski gagal menjadi ketua umum, alumni Universitas Ummul Qura, Mekah, itu tetap masuk di kepengurusan PBNU dengan jabatan rais syuriah.

Pada Muktamar ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, tahun 2004, Said Aqil kembali mencoba maju sebagai calon ketua umum. Namun lagi-lagi ia gagal, bahkan perjuangan terhenti baru sebatas berstatus bakal calon.

Meski demikian, kedalaman ilmu yang dimilikinya membuat alumni Pesantren Lirboyo dan Krapyak itu kembali menjadi pengurus PBNU sebagai salah satu ketua.

Dosen Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah dan UI Jakarta itu mengaku merindukan saat-saat NU dipimpin Gus Dur yang menurutnya sangat memperhatikan masalah pengkaderan.

"Di masa kepemimpinan Gus Dur seluruh badan otonom dan lembaga di NU bergerak secara paralel dalam kepemimpinannya. Di masa itu badan otonom dan lembaga di NU juga terus menghidupkan kegiatan pengkaderan," katanya.

Karena itu, khatib aam (sekretaris umum) syuriah di era kepemimpinan Gus Dur itu bertekad menjadikan pengkaderan sebagai program prioritasnya sebagai ketua umum PBNU. Menurutnya, tantangan kader NU di masa depan tidak lagi berkutat pada persoalan konsep-konsep akidah, fikih, atau tasawuf, melainkan pada kemampuan aktualisasi konsep.

"Pada tataran konsep kita sudah kaya, tinggal kemampuan merealisasikan konsep itu yang perlu kita tumbuh kembangkan. Pengaderan di NU jauh lebih penting daripada urusan politik," katanya.

Kembali ke pesantren

Slogan Said Aqil dalam pencalonannya sebagai ketua umum PBNU kali ini adalah "Kembali ke Pesantren". Menurutnya, perhatian NU yang selama ini terkuras ke dunia politik harus diarahkan kembali pada basisnya di pesantren.

"Kembali ke pesantren bukan berarti kembali mondok, tapi kembali pada pola dan cara berpikir pesantren, cara hidup pesantren, cara pandang pesantren," katanya. Sebab, kata Said Aqil, di pesantren ada hikmah, kebijaksanaan, kesederhanaan, dan kemandirian. Berkat pesantren pula NU dapat bertahan, bahkan menjadi organisasi muslim terbesar di dunia.

"Tanpa pesantren, NU hanya akan tinggal nama," kata kiai yang menamatkan pendidikan sarjana strata satu hingga doktoral di Arab Saudi itu. Pesantren, kata Said Aqil, berhasil menyinergikan antara agama dan budaya. Agama tidak akan kuat jika tidak ditopang oleh budaya.

Untuk kembali ke pesantren, lanjutnya, mau tidak mau NU harus mengurangi aktivitas yang terkait persoalan politik, terutama politik praktis. "Pondok pesantren perlu didorong untuk maju dan berkembang, mengingat pesantren adalah benteng sekaligus pusat persemaian kader muslim di Indonesia," katanya.

Gerakan kembali ke pesantren, lanjut Said Aqil, adalah gerakan untuk menjadikan pesantren dan santrinya sebagai entitas yang siap menghadapi persaingan dunia yang semakin global. (ant/mad)

Monday, March 15, 2010

UKHUWAH

Sudah menjadi fitrahnya manusia suka terhadap suatu persamaan untuk membina pertautan jiwa.

Dalam hadits nabawi disebutkan :al arwâhu junûdun mujannadah idza ittafaqot ta-aalafat wa idza ikhtalafat tanaafarat.

(Jiwa-jiwa itu bagaikan tentara. Bila sepaham maka akan semakin menyatu. Sebaliknya bila berselisih paham akan tercerai berai). Jadi, pertautan jiwa dimulai dari titik persamaan. Bukan dari perbedaan, sebab jika dimulai dari titik perbedaan maka tidak akan pernah bertemu.


Persamaan ini dimulai dari sebuah persamaan prinsipil. Yaitu, akidah yang benar. Kristalisasi persamaan prinsipil ini oleh Al Qur`an (QS.Al Hujurât:10) sampai dibahasakan sebagai ikatan persaudaraan (ikatan darah). Karenanya ukhuwah mempunyai kekuatan yang sangat dahsyat Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang melapangkan kesulitan seorang mukmin di dunia niscaya Allah lapangkan kesulitannya di hari kiamat. Dan barang siapa yang memudahkan orang yang kesulitan niscaya Allah mudahkan di dunia dan akhirat.

Barang siapa yang menutupi aib saudaranya muslim niscaya Allah tutupi aibnya di dunia dan akhirat.

Allah akan menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya. Barangsiapa menyusuri jalan menuntut ilmu niscaya Allah lapangkan baginya jalan ke surga.

Ada 5 keuntungan berukhuwah.

Pertama, kemudahan dan kelapangan urusan. Disamping merupakan janji Allah, juga merupakan konsekuensi sunnah Allah. Setiap kerja kelompok, akan ada pembagian tugas dan penyaluran potensi yang pas, merata dan terarah.

Kedua, ketenangan. Hal ini merupakan dampak selanjutnya karena perjuangan yang ditempuh seseorang merupakan perjuangan bersama. Maka seorang pejuang dan da’i tak pernah merasa sendiri.

Ketiga, turunnya rahmat Allah. Ini merupakan kelebihan sipiritual sebelum taufik-Nya berupa kesuksesan dan berbagai keberhasilan riil yang terlihat.

Keempat, dikelilingi malaikatnya. Ini akan menjauhkan seseorang dari tergelincir pada kesesatan. Karena keberanian syaithan terlihat dalam diri seorang yang menyendiri. Kebersamaan di jalan Allah ini disukai malaikat-Nya.

Kelima, Allah menyebutnya diantara orang-orang dekatnya (penduduk langit). Merupakan kehormatan bagi seorang mukmin yang menjalin persaudaraan dengan mukmin lainnya serta bersama menegakkan kalimat-Nya. Ia akan disebut dan dicintai Allah kemudian dikenalkan dan dicintai oleh seluruh penduduk langit. Ada satu titik rawan yang bisa merusak ukhuwah ini yaitu perbedaan. Setiap perbedaan berpotensi untuk merusak dan memudarkan jalinan ukhuwah. Dalam mensikapi perbedaan, gunakan dua hal.

Pertama, sebagaimana pernah dikemukakan Fudhail bin`Iyâdh (seorang tokoh sufi yg masyhur),

"Barang siapa yang mencari sahabat tanpa cacat, akan tetap tanpa sahabat selamanya".

Kedua, senantiasalah berbaik sangka terhadap saudara dan Sahabat, karena ini adalah tingkatan terendah berukhuwah. Mari eratkan jalinan ukhuwah