Friday, July 23, 2010

Wahabi Menghancurkan Kubah Makam Para Sahabat RA dan Peninggalan Islam

Ditranslasi dari buku Wahabiyah fi alMizan Muassasah Al-Nasyr Al-Islami At Tabi’ah Li Jama’ah karya Sayikh Jafar Subhani. Telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia dalam buku berjudul Tawassul, Tabaruk, Ziarah Kubur dan karamah Wali, sebuah Krtik Atas Ajaran Wahabi

-----------------------------------------------------------------------------------

Peninggalan-peninggalan Islam merupakan tanda keotentikan agama, sehingga menjaga peninggalan para Nabi as, khususnya peninggalan Nabi Muhammad saw dan keluarganya, serta rumah yang beliau tinggali dan masjid dimana mereka mendirikan sholat terdapat faedah yang besar. Bila semua tempat tersebut tetap terjaga, maka keotentikan Islam tidak akan menimbulkan keragu-raguan bagi umat sesudahnya, karena rumah dimana ia dilahirkan jelas, Gua Hira tempat Beliau saw menerima wahyu juga ada, dan tempat Makam Nabi Muhammad saw masih terjaga hingga saat ini. Hal ini sangat berbeda dengan agama Nasrani yang bahkan tidak mengetahui pasti rumah Nabi Isa as.




Namun Wahabi Saudi telah merubuhkan begitu banyak bangunan bangunan bersejarah sebagai bukti Sirah Nabawiyah, sebagai bukti perjalanan Nabi Muhammah saw dan Para sahabat dalam mendakwahkan Islam. Bahkan hingga hari ini kita bisa menyaksikan kuburan Nabi Ibrahim as dan istrinya di Quds, semua makam itu mempunyai tanda dan bangunan. Mengapa Khalifah Islam kedua Umar bin Khatab ra ketika menundukkan Quds tidak memerintahkan kaum muslim untuk menghancurkan Makam Nabi-nabi? Apakah ia menjadi sama dengan orang musyrik yang tidak mengahancurkan Makam-makam yang ada kubah didalamnya ? Apakah Muhammad bin Abdul Wahab dan Raja Su’ud dari Saudi lebih baik dari Khlaifah Umar bin Khattab ra?

Maka pada tahun 1344 H ( 1940 M ) ketika keluarga Su’ud berhasil menguasai kota Makkah dan Madinah maka mulailah mereka menghancurkan Kubah-kubah dikuburan para Sahabat di Baqi, peninggalan keluarga Rasul dan para Sahabatnya. Raja Su’ud mengirimkan Hakim Agung Najd, Sulaiman bin Bulaihad untuk menekan Ulama Madinah. Jika mereka menolak maka mereka akan dituduh kafir, Syirik dan jika tidak bertaubat maka harus dibunuh. Tanggal 8 Syawal 1344 H , kaum Wahabi mulai menghancurkan peninggalan Rasulullah saw dan makam para sahabat, Makam Istri Rasulullah Khadijah Ra dan para Ahlul Bayt juga dihancurkan. Hal ini menimbulkan kemarahan dikalangan muslim Sunni dan Syiah diseluruh dunia.

Diantara masalah yang paling peka bagi kaum Wahabi adalah membangun Makam Para Nabi as, Wali-Wali dan orang yang Saleh. Ulama yang pertama kali membahas masalah ini adalah Ibnu Taymiyah dan Ibnu Qayyim muridnya. Keduanya berfatwa membangun kubur adalah haram dengan demikian orang harus menghancurkannya. Ibnu Qayyim dalam bukunya Zaadul Ma’ad Fi Huda Khiri Ibad mengatakan,”Menghancurkan bangunan diatas makam adalah hukumnya wajib dan tidak boleh membiarkannya , meski satu hari setelah mampu melakukannya”.

Sungguh mengherankan pendapat para ulama ini, juga pendapat Ulama-Ulama Wahabi. Bagaimana mungkin membangun kubur hukumnya haram dan menghancurkan bangunan diatas kubur hukumnya wajib, padahal kita semua mengetahui bahwa kaum Muslimin memakamkan Rasulullah saw dikamar istrinya Aisyah ra berarti berada didalam rumah Nabi saw. Bahkan kemudian Abu Bakar ra yang merupakan sahabat terdekat Nabi saw dan ayah dari Siti Aisyah rha pun dimakamkan dirumah tersebut, dan kemudian Umar ra pun dimakamkan juga disamping Nabi saw dan Abu Bakar ra. Bukankah semua ini dilakukan dijaman para Sahabat utama, bagaimana kaum Wahabi menjelaskan tentang hal ini? Apakah para sahabat Abu Bakar ra, Umar ra dan Ali ra serta sahabat yang lainnya membongkar rumah Siti Aisyah karena merupakan bangunan diatas makam Nabi saw?. Bukannya mengambil pelajaran berharga dari hal ini, malah kaum Wahabipun saat ini berniat untuk menghancurkan makam Rasulullah saw, dan para sahabat yang berada didalam Masjid Nabawi.

Wednesday, July 21, 2010

AlHabib Muhammad bin Thohir Al-Haddad

Beliaulah Habib Muhammad bin Thohir Al-Haddad, Awliya Allah yang dilahirkan di kota Geidun, Hadramaut pada tahun 1838 M kemudian hijrah ke Indonesia dan menjadi keberkahan bagi warga Tegal. Khususnya dikarenakan datangnya beliau berdakwah di Tegal hingga akhir hayatnya ia dimakamkan di kompleks pemakaman Kauman atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama makam Alhaddad, tepatnya di Desa Kraton, Tegal Barat. Nasab beliau: Al Habib Muhammad bin Thohir bin Umar bin Abubakar bin Ali bin Alwi bin Abdullah (shahiburratib) Al-Haddad bin Alwi bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwi bin Ahmad bin Abubakar bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi bin Muhammad bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Abdullah bin Ahmad AlMuhajir bin Isa bin Muhammad anNaqib bin Ali alUraidhi bin Ja’far asShadiq bin Muhammad Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib kw. suami dari Fatimah az-Zahra putri Rasulullah SAW.



Sanad keturunan beliau termasuk suatu silsilah dzahabiyyah, sambung-menyambung dari ayah yang wali ke kakek wali, demikian seterusnya sampai bertemu dengan Rasulullah SAW. Ayah beliau Al-Habib Thohir bin Umar Alhaddad adalah seorang ulama besar di kota Geidun, Hadramaut. Al-Habib Thohir banyak membaca buku di bawah pengawasan dan bimbingan ayah dan kakek beliau, sehingga diberi ijazah oleh ayah dan kakeknya sebagai ahli hadist dan ahli tafsir. Al Habib Muhammad bin Thohir sendiri adalah seorang yang wali min auliya illah yang sebelumnya banyak belajar dari kakeknya dan ulama hadramaut hingga dikenal sebagai ulama besar yang menjadi rujukan di zamannya. Tidak hanya Ayah dan beliau sendiri, putra-putranya pun harum namanya dengan pangkat kewalian yang masyhur yakni Habib Alwi bin Muhammad Al Haddad (1299 H- 1373 H) yang dimakamkan di Kramat, Empang, Kota Bogor dan adiknya Al-Habib Husein bin Muhammad Al Haddad (1302 H-1376 H) yang sebagian besar hidupnya dihabiskan untuk berdakwah di Tuban dan Jombang, Jawa Timur tetapi pada akhir umur, beliau dimakamkan di samping makam ayahandanya.

Beliau terkenal sebagai alim yang dermawan lagi menghormati tamu-tamunya. Bahkan apabila ia berkunjung ke sebuah kota justru beliaulah yang menjamu dan memperlakukan orang kota tersebut layaknya seorang tamu. Selain sukses sebagai alim ulama, beliau juga terkenal sebagai saudagar. Bila ia berkunjung ke suatu tempat, beliau membawa 40 pembantunya untuk memikul barbagai keperluan untuk menjamu penduduk kota. Sebagaimana yang diutarakan cicit beliau, Al-Habib Abdullah bin Hasan bin Husein AlHaddad, “Bukan Habib Muhammad yang menjadi tamu, justru orang kota yang menjadi tamunya”. Ketika umur 47 tahun, beliau bersama dua anaknya berkunjung ke Indonesia dan selama 45 hari beliau berdakwah dan berdagangdi berbagai kota. Akan tetapi, tak lama beliau jatuh sakit dan meninggal di Kota Tegal pada 18 rajab tahun 1316 H atau 1885 M.

Haul Al Habib Muhammad bin Thohir Al Haddad pertama kali diselenggarakan oleh Al Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi (1265 H-1337 H), Surabaya, Guru yang banyak membentuk karakter kedua putra AlHabib Muhammad bin Thohir Al Haddad. Semoga berkah ilmu dan teladan beliau senantiasa menyelimuti masyarakat Tegal khususnya dan Muslimin pada umumnya dan akan dikenang selalu dengan senantiasa mempelajari sejarah beliau dan mengamalkan ajaran dan akhlaq beliau.

Friday, July 16, 2010

THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM

THE REAL ENEMIES OF ISLAM AND HOW TO RECOGNIZE THEM
Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani

Musuh Islam Sebenarnya dan Bagaimana Mengenalinya

Musuh Islam sebenarnya saat ini bukan hanya Yahudi, Nasrani, Komunis tetapi juga sesama muslim sendiri. Kebanyakan dari golongan muslim yang menghancurkan Islam, mereka tidak menyadari bahwa tindakannya hanya akan menghancurkan Islam itu sendiri. Berkumpul bersama mereka, berdiskusi, atau bahkan hanya melihat mereka, dapat membawa kegelapan dihati kita. Berdebat dengan mereka adalah tindakan yang terburuk.


Dibalik perhatian mereka yang baik terhadap ibadah mereka, dan hanya Allah swt dan nabi saw yang mengetahuinya, mereka tak dapat menolong diri mereka sendiri untuk menjadi korban dari ibadahnya sendiri. Muslim yang tumbuh dalam lingklungan islam dan semenjak kecil dalam didikan sekolah Islam hingga ketingakat universitas, kurikulum agama islam yang mereka pelajari berdasarkan akidah yang akan menghancurkan Islam itu sendiri.

Media massa, televise, radio , surat kabar, walaupun merupakan program yang sangat relijius, juga artikel mereka di surat kabar merupakan hal yang sangat mendistorsikan pemahaman keislaman. Dan hal ini tak dapat mengangkat citra islam bahkan membuat perpecahan dikalangan umat Islam sendiri. Tetapi mereka masih mengatakan hal itu sesuatu yang islami.


Jangan harapkan mereka, kecuali keburukan saja dari golongan seperti ini. Allah swt telah menuliskan bimbingan dan epetance, bahwa hanya dengan rasa memiliki kepada nabi saw melalui barakah Awliya, mereka dapat menghitung kehidupannya dan melalui pandangan ampunan dan meletakan mereka dibawah sayap intercession.

Dalam pandangan saya , saya hanya melihat satu cara bagaimana menghadapi mereka di Amerika dan didunia barat, dan hal itu adalah dengan cara menjauh dari mereka dan peringati masyarakat tentang mereka. Seoarng syaikh yang saya ketahui mengatakan kepada para murid-muridnya untuk menjauhi mereka, mereka adalah musuh sesungghnya bagi Islam, dan berbicara dengan mereka akan membawa kegelapan pada hati, bahkan pada seluruh sisa umur kehidupan mereka. Dan butuh waktu seratus tahun untuk membersihkan racun dari hati akibat racun dari ibadah mereka.

bagaimana cara mengenali mereka? Disini ada beberapa elemen dasar ciri-ciri mereka sehingga kita dapat menghindari mereka dalam kehidupan didunia maupun diakherat nanti. Insya Allah. Satu-satunya harapan untuk Islam di bumi ini adalah….dst

1. Salat mereka tidak sesuai dari salah satu dari ke empat mazhab dalam islam. Khususnya ketika mereka mengangkat tangan mereka setelah ruku dan menyilangkan tangan mereka diantara ruku dan sujud.

Cara mereka ketika Tashahhud ( ketika duduk tahiyat) dan menggerakan jari telunjuk mereka terus menerus selama tasahud tersebut. Pemahaman mereka terhadap sunah Mustafa, hadist Nabi saw, sangat kontradiksi dengan dengan seluruh mazhab meskipun mereka menggunakan hadist yang sama yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad,” Nabi saw menggerakkan telunjuknya ketika tashahud. Beberapa mazhab hanya menggerakkan tangan sekali saja, kecuali mazhab Maliki dalam seluruh tashahud tetapi hanya menggerakkan kekiri dan kekanan tidak keatas dan kebawah. Mereka membuat cara yang baru dengan menggerakn telunjuk kesegala arah yang sangat bertentangan dengan cara-cara yang disebutkan dalam ke 4 mazhab.

Mereka tidak mengangkat tangan mereka ketika berdoa, mereka tidak menutup kepala mereka ketika solat atau dalam keseharian mereka, meskipun telah diketahui selama berabad-abad, bahwa lelaki yang tidak menutupi kepalanya adalah seperti mereka yang telah kehilangan harga diri dan kehormatannya ( Makhrum al �"Muru’a). Mereka tak pernah memakai surban, yang merupakan sunnah Nabi saw, yang selalu digunakan oleh para sahabah dan tabi’in.

Dalam beberapa acara mereka memakai Iq’al. Yang sangat bertentangan dengan sunah, tidak pernah Nabi saw menggunakan Iq’al selama hidupnya.

Mereka tidak pernah melakuakn Shalat Israq, 2 rakaat sunah setelah matahari terbit, Bila hal ini masih belum cukup untuk mengenali tanda-tanda mereka dan menghindari berkumpul bersama mereka bahkan menjauh dari mereka, maka ada beberapa cirri-ciri mereka lainnya seperti disebutkan dibawah ini.

Mereka berkata, bahwa solat mereka hanya mengikuti Quran dan sunah saja. Berarti kehidupan Islam yang dibangun muslim selama lebih dari 13 abad, sebelum faham mereka muncul pada tahun 1930 an mereka katakan tidak mengikuti Quran dan Sunah. Tetapi mereka juga mengatakan kembali kepada sunah adalah keharusan, jangan dengarkan para Imam 4 mazhab atau ulama islam lainnya, siapapun mereka.

Mayoritas muslim akan berpegangan pada Ulama Besar Islam dijaman awal yang mengatakan,” Jika kalian melihat apa yang saya katakan dan hal itu bertentangan dengan sunah Nabi saw, maka abaikan apa yang saya katakan, dan ikuti sunah saja”. Kata-kata ini menggambarkan betapa rendah hatinya ulama besar jaman awal yang tidak ingin menonjolkan diri, tetapi saat ini mereka menghantam saja. Mereka tidak memperhatikan , bahwa Imam yang mengatakan hal ini juga mengatakan,” Jika Nabi saw meninggalkan ku meski hanya satu malam, saya akan menganggap diriku sebagai hipokrit”. Ini adalah ucapan Abu Hanifa Ibn Numan, mudah-mudahan Allah merahmatinya.

Mereka juga berkata,”Mereka adalah manusia biasa dan kita juga manusia”. Kita tahu saat ini yang mereka tak tahu. Yang paling moderat diantara mereka adalah mereka yang tidak berbicara negative mengenai Imam ke 4 mazhab, meskipun demikian mereka tetap tidak mengikuti kebiasaan Imam ke-empat Madzhab tsb. imam tsb. Mereka mengikuti cara mereka sendiri berdasarkan buku terkenal Sifat Salat Nabi saw, oleh Nasrudin al Albani, Albani bahkan tidak pernah bisa membuktikan bahwa ia telah mendapat Ijazah untuk mengajar dari gurunya, tentu saja saya lebih mengikuti Imam Malik, Abu Hanifa, Imam Syafi’I atau Ibn Hambali.

Satu dari argument terburuk mereka, adalah bertanya mengenai dalil dari Al-Quran dan Sunah yang menjadi pedoman para Ulama Besar tadi. Mereka tidak mengerti bahwa Al-Quran dan Sunah adalah pilar yang mana antaralainnya terbukti termasuk juga Qiyas, Ijma’a, Qaul para Sahabat. Dan juga yang tak kalah pentingnya adalah Maaruf, atau berdasarkan pendapat orang yang memiliki moral yang baik dan setuju bahwa amalan tersebut adalah baik.

Jika kalian bertanya kepada mereka mengenai kebiasaan muslim di seluruh dunia memperingati hari kelahiran atau Mawlid Nabi, maka mereka akan mengatakan Bid’ah.

Masjid-masjid mereka hanya memiliki dinding yang putih saja, padahal rumah dan kantor mereka penuh hiasan kaligrafi. Tak perlu bertanya kepada mereka mengapa demikian, karena mereka tak akan menjawabnya. Mereka mungkin saja sangat dermawan dan kaya, tetapi berhati-hatilah apa yang mereka katakan dibelakang kalian jika kalian mengatakan bahwa kalian adalah murid dari Syaikh ini. Itulah adalah salah satu dosa terbesar dalam pandangan mereka jika kalian memiliki Syaikh.

Mereka mungkin memaafkan kalian jika kalian tak tahu ilmu agama, tetapi mereka tak akan memaafkan kalian jika kalian mempelajari agama melalui seseorang Mursyid. Mereka lebih memilih belajar melalui buku, video tape atau melalui universitas mereka.

Poin terakhir dalam bagian ini adalah interpretasi literal mereka dalam sebuah hadis Nabi saw seperti,” Apa yang terdapat di bawah engkel adalah neraka!. Disisi lain mereka cenderung untuk mencari interpretasi sendiri, tetapi paling obvious dari hadist kewalian,” "Aku akan menjadi mata baginya bagi apa yang dilihatnya, menjadi pendengarannya ketika ia mendengar, menjadi tangannya untuk memegang, dan menjadi kakinya dimana ia melangkah”. Pernah saya katakan hadist ini kepada seorang teman di perpustakaan Islamic Center dan satu dari mereka yang duduk disebelahku berkata,” Ini adalah Hululiya!”. Saya tak dapat menahan berkata,” Jika Nabi saw berkata ini adalah hululiya maka saya hululiya!”.

Wa minAllaahi at Tawfiq wal hidaayaH...

Tuesday, July 13, 2010

Bentengi Wahabi,Pengurus NU Harus Rapatkan Barisan

Masuknya Islam Transnasional yang berhaluan Wahabi, perlu dibentengi dengan merapatkan barisan para pengurus Nahdlatul Ulama (NU) bersama Nahdliyin (warga NU). Tidak solidnya kepengurusan dan kurangnya konsolidasi dan koordinasi dengan anggota, akan memudahkan paham itu masuk.

“Merapatkan barisan pengurus NU dan Nahdliyin di semua tingkatan, adalah benteng yang kokoh,” pesan pengasuh Pondok Pesanteren Buntet Cirebon DR KH Moh Abas Bin Fuad Hasyim saat mengisi tausiyah Peringatan Isro Miroj yang digelar Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Bumiayu di Gedung NU Bumiayu, Ahad (11/7) kemarin.


Gus Abas-demikian panggilan akrabnya- memandang, tidak rapatnya barisan NU karena para pengurusnya lebih cenderung pada pilihan yang kurang tepat. Antara lain tergoda ingin dipilih dengan menjadi calon Kepala Daerah. Kalaupun tidak menjadi calon, terlibat sebagai tim sukses pada pemilu kepala daerah (Pemilukada). “Hanya karena beda pilihan, kepengurusan tidak solid bahkan tercerai berai,” ujarnya.

Perbedaan yang ada di NU, masih kata Gus Abas adalah perbedaan latar belakang pekerjaan anggotanya. Yang justru menjadi modal untuk merapatkan barisan. Ada yang menjadi pedagang, petani, PNS, TNI, buruh dan lain-lain. “Perbedaan keahlian tersebut, untuk saling mengulurkan tangan,” ucapnya.

Untuk itu, lanjut Gus Abas, Nahdliyin jangan sungkan-sungkan mengulurkan tangan sesuai dengan kemampuannya. Bila sifat pelit masih ada di dada para pengurus maupun nahdliyin maka akan sulit menegakan kebenaran. “Perjuangan membutuhkan modal atau dana yang tidak sedikit. Yang bergelimang harta, salurkanlah sebagian rejekinya. Para ahli piker, curahkan pikiran dan ketrampilannya demi kemaslahatan umat,” katanya mengingatkan.

Yang tidak kalah penting, lanjutnya, saatnya NU kembali ke pesantren. Artinya, bukan kembali mondok tapi pesan moral pesantren yang dikedepankan para pengurus dan nahdliyin dalam berkiprah membangun bangsa. Kebobrokan moral sudah sangat mengguncang bumi Indonesia. “Perkara batil, sudah menjadi ‘jajanan’ setiap detik seperti kasus tiga artis seronok, Ariel dan kawan-kawan,” ungkapnya.

“Perang peradaban, sudah tidak terelakan lagi. Sehingga NU harus tampil ke depan dengan program-programnya yang nyata menegakan tali Allah SWT,” ajaknya.

Terkait dengan peringatan Isro Miroj, tiada lain untuk mendirikan sholat. Tata cara sholat agar mampu bermakna mendirikan, maka perlu ditanyakan pada para ulama. Pasalnya ulama itu sebagai Pewaris Nabi Sholat tidak cukup hanya ritualitas belaka, tapi mampu mendirikan peradaban yang mulia di sisi Allah, menjadikan kita takwa. “Manusia yang paling mulia disisi Allah yang paling takwa dengan tetap memelihara aqidah, syariah dan ahlaq,” tandasnya.

Dan sebagai Kiai NU, imbuhnya, selayaknya untuk berkhidmat membina umat. Sehingga ada batasan yang jelas, mana ulama dan umara. Kalau ulama ingin menjadi umara, maka otomatis akan meninggalkan umatnya. Sedangkan kalau umara ingin menjadi ulama maka, perkara yang batil diberi dalil agar menjadi halal sehingga menyesatkan umat. “Bila yang terjadi demikian otomatis akan terjadi kekacauan, karena dipegang oleh yang bukan ahlinya,” pungkasnya.

Sementara Ketua MWC NU Bumiayu H Taufiq Tohari SH mengungkapkan, peringatan Isro Miroj digelar untuk mengingatkan kembali perintah sholat. Tema peringatan berupa melalui peringatan Isro Miroj kita bentengi generasi muda dari krisis moral dalam era globalisasi.

Hadir dalam kesempatan tersebut, Wakil Ketua Pengurus Cabang (PC) NU Brebes H Sodikin R, Sekretaris PCNU Ali Nurdin dan pengurus MWC NU, Muslimat, Fatayat, IPNU-IPPNU dan warga Nahdliyin. (was)