Saturday, August 14, 2010

Kemerdekaan di Bulan Puasa

Suatu keistimewaan tiada kira kemerdekaan bangsa ini pada tahun 2010. Setidaknya kita sebagai penerus perjuangan bangsa bisa merasakan gentirnya perjuangan para pendahulu kita. Kakek atau nenek kita dahulu mempertaruhkan nyawanya untuk kemerdekaan bangsa ini, kini kita sebagai penerus beliau-beliau hanya mampu mempertaruhkan ucapan omong kosong untuk bangsa ini. Darah dibayar dengan uang, dahulu darah yang mengalir untuk perjuangan kini uang yang ganti mengalir untuk itu.

Flashback ke detik-detik Kemerdekaann Republik Indonesia 65 tahun yang lalu.

Rasakan bila kita berada dalam berjubel-jubel masyarakat Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Hari Jum'at, 17 Agustus 1945 merupakan hari bersejarah bagi bangsa ini, dimana ketika itu hari itu merupakan Bulan Ramadhan. Ir. Soekarno, Bung Hatta, Ahmad Subardjo, Sayuti Melik, dkk merumuskan sebuah teks yang berjudul PROKLAMASI di rumah Tadashi Maeda ketika watu sahur.

Hari itulah titik balik perjuangan bangsa ini, terhitung dari ketika naskah teks Proklamasi itu diketik oleh Sayuti Melik. Penindasan kolonialisme Belanda dan Jepang yang mempekerjakan warga pribumi untuk proyek mereka mulai detik itu mulai berubah. Semangat nenek dan kakek kita ketika bulan Ramadhan untuk tetap memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini tercapai sudah. Puasa dengan perut yang mungkin keisi maupun tidak kakek nenek kita tetap berjuang, bagaimana dengan kita?

Marilah kita introspeksi diri kita masing-masing di bulan suci ini, menelaah dan merasakan bagaimana perjuangan kemerdekaan itu di mata kakek nenek kita dulu. Mereka tentu saja juga berharap anak keturunannya mewarisi semangat perjuangan itu. Perjuangan yang bersifat membangun bangsa ini menjadi bangsa yang terpandang dan maju dengan Semangat Kemerdekaan di Bulan Ramadhan.

Biodata Diri

Nama : Mazdan Maftukha Assyayuti (Mazdan)
TTL : Bantul, 24 Mei 1994
Alamat : Jalan Urip Sumoharjo 26 Bejen Bantul
Kelas : X6
Asal sekolah : SMP N 1 Bantul
Hobi : membaca novel, hadrohan, ngeblog, ngaji
Cita-cita : masuk surga
Motto hidup : hidup adalah perjuangan tanpa henti

Wednesday, August 11, 2010

SBY Diminta Tangani Kekerasan Agama Terkait Perizinan

Rabu, 11 Agustus 2010 | Jakarta, NU Online

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diminta menangani kasus kekerasan bernuansa agama, sehubungan terjadi kerusuhan massa di Bekasi Ahad (8/8) terkait penolakan warga terhadap adanya keberadaan rumah ibadah yang belum dilengkapi izin. "Sebab tugas melindungi seluruh umat beragama saat mereka beribadah adalah tugas pemerintah," kata Rais Syuriyah PBNU KH Hasyim Muzadi bersama tokoh lintas agama di Bekasi, Selasa.


Selain Hasyim, tokoh lintas agama yang turut hadir antara lain Ketua Umum PGI Pdt Andreas A Yewangoe, Ketua KWI Mgr Mandagi, dan Ketua PGLII Pdt Nus Reimus. Pada kesempatan itu tokoh lintas agama berjanji akan berkirim surat kepada Presiden agar memberikan perhatian terhadap kasus tersebut.

Hasyim menyatakan prihatin dengan kasus kekerasan bernuansa agama yang belakangan ini masih terjadi di Indonesia. Pada bagian lain mantan Ketua Umum PBNU itu meminta semua pihak menempatkan masalah jemaat HKBP pada posisi yang proposional. Menurutnya, ada perbedaan antara masalah orang yang sedang melaksanakan peribadatan dengan masalah administrasi perizinan mendirikan rumah ibadah.

"Kebaktian adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan. Sedangkan masalah administrasi mendirikan rumah ibadah adalah masalah dunia, bukan hubungan transendental," katanya. Soal perizinan, lanjutnya, adalah persoalan antara pihak yang mengajukan perizinan dengan pihak yang berwenang menerbitkan perizinan.

"Dalam hal ini pemerintah wajib melindungi agar pihak-pihak yang tidak memiliki kepentingan langsung dengan perizinan rumah ibadah tersebut tidak ikut campur pada prosesnya," katanya. Hasyim mengaku sering menemukan kasus perizinan rumah ibadah terkatung-katung disebabkan ikut campurnya pihak-pihak yang sebenarnya tidak memiliki kepentingan, bahkan mengatur dan menentukan proses perizinan itu.

"Sehingga masalahnya menjadi ruwet dan banyak juga yang akhirnya memunculkan konflik kekerasan yang mengatasnamakan agama, seperti yang terjadi di Kampung Ciketing Asem Mustikajaya ini," katanya. Data dari FKUB Kota Bekasi, kini ada ratusan rumah dan rumah toko yang dialihfungsikan menjadi gereja dan berpotensi menimbulkan resistensi dari warga meski ditempat tersebut sudah ada tempat peribadatan. (ant/mad)

Menag Ucapkan Selamat Beribadah Puasa

Rabu, 11 Agustus 2010 | Jakarta, NU Online

Pemerintah telah menetapkan 1 Ramadhan 1431 H jatuh pada Rabu 11 Agustus 2010. Menteri Agama Suryadharma Ali mengucapkan selamat berpuasa kepada masyarakat. "Atas nama pemerintah izinkan kami menyampaikan ucapan kepada kaum muslimin dan muslimah selamat menjalankan ibadah puasa semoga amalnya diterima Allah SWT," kata Suryadharma Ali saat menutup sidang Itsbat di Kementerian Agama, Jakarta, Selasa (10/8).


SDA pangilan akrab Menteri Agama turut mengucapkan terima kasih kepada lembaga atau badan penelitian Hisab dan Rukiyah serta ormas-ormas atas kerjasamanya maka penetapan 1 Ramadhan 1431 H dapat berjalan dengan baik. "Kita semua pada malam ini bersyukur kepada allah SWT, penetapan 1 ramadhan 1431 H dilakukan secara mufakat dari semua pihak, bisa dikatakan aklamasi," ujarnya.

Menag berharap kedepan dalam menetapkan 1 Ramadan tidak ada lagi perbedaan. Karenanya, tutur SDA, perlu adanya menyatukan kriteria didalam cara menghisab dan merukiyah. "Nantinya dengan demikian ada kesatuan kriteria dan diharapkan pada masa-masa yang akan datang tidak lagi ada perbedaan-perbedaan dalam menetapkan 1 ramadan atau 1 syawal," pungkasnya. (min) 

MENGENANG GUS DUR

Said Aqil: Gus Dur adalah Ulama Aswaja Sejati
Rabu, 11 Agustus 2010 | Jakarta, NU Online

Para ulama Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) memiliki kecenderungan yang sangat tinggi untuk memperhatikan tingkat pemahaman masyarakat awam. Karenanya para ulama Aswaja, memiliki bahasa komunikasi yang sangat mudah dipahami oleh masyarakat di tingkat bawah.

Contoh ulama masa kini yang paling mudah dan paling sempurna dalam penguasaan dan pengamalan ini adalah Ketua Umum Pengurus Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tiga kali yang juga Presiden Republik Indonesia ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Dari penguasaan dan pengamalan ini berarti Gus Dur merupakan ulama Aswaja sejati yang hidup di zaman ini.

Demikian dinyatakan oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj ketika berpidato dalam peringatan kelahiran Gus Dur di kediaman Ciganjur, akhir pekan lalu. Menurut Kiai said -sapaan akrab KH Said Aqil Siradj, Gus Dur merupakan ulama yang sangat peduli dengan kondisi nyata rakyat Indonesia.

"Banyak para intelektual yang hanya berbicara tentang rakyat kecil dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh rakyat kecil. Sehingga, rakyat kecil pun pembicaraan mereka tidak pernah didengarkan oleh rakyat kecil," terang Kiai Said. Lebih lanjut Kiai Said menjelaskan, kondisi yang demikian berbeda dengan kemampuan dan pengamalan Gus Dur yang mampu berbicara dengan beragam level Bahasa. Sehingga selain dipahami oleh kaum elit, pernyataan-pernyataan Gus Dur juga mudah dipahami oleh masyarakat tingkat bawah.

"Memang kalau sedang berbicara politik, Gus Dur sering pusing kepala. Bukan Hanya rakyat yang pusing, tetapi para intelektual pun kut pusing. Namun hal ini tidak berlaku jika berbicara tentang keilmuan atau masalah-masalah rakyat," tandas Kiai said. (min) 

SAMBUT RAMADHAN

PBNU: Mari Berikan Contoh Kehidupan yang Damai
Rabu, 11 Agustus 2010 | Jakarta, NU Online

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengimbau kepada kaum muslimin dan muslimat serta seluruh masyarakat Indonesia untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan ini dengan hati yang bersih. Ramadhan adalah saat memberikan contoh kehidupan yang damai. “Jauhkan silang sengketa, satukan gerak dan langkah. Mari kita bangun negeri ini dengan menjaga suasana kedamaian di bulan Ramadan. Hindari tindakan yang destruktif yang memancing retaknya persatuan dan kesatuan bangsa,” kata Katib Aam PBNU KH Malik Madani di kantor PBNU Jakarta, Rabu (10/8).


Menurut Kiai Malik, umat Islam sebagai mayoritas pemeluk agama di Indonesia yang sedang menjalankan ibadah puasa harus memberikan contoh kehidupan yang damai dan tentram kepada umat agama lain. “Semangat Ramadhan harus menjiwai bangsa ini karena kita tahu kaum muslim yang di bulan Ramadhan ini tenggelam dalam ibadah merupakan mayoritas sehingga mereka dituntut untuk menjadi contoh dalam kehidupan yang damai, toleransi dan sebagainya,” katanya.

Pihaknya mengimbau umat Islam untuk tidak Kami mengimbau agar tidak melakukan aksi swiping dan semacamnya. PBNU menilai tindakan itu telah mengurangi makna kedamaian Ramadhan. “Cukuplah himbuan kepada semua pihak untuk menghormati bulan Ramadhan. Untuk menghormati itu tidak perlu melakukan pemaksaaan karena pemaksaan itu justru bertentangan dengan semangan kedamaian yang kita cita-citakan bersama,” katanya. (nam)

Ruko yang Dialihfungsikan Menjadi Gereja Berpotensi Menimbulkan Resistensi

Rabu, 11 Agustus 2010 | Warta Ummat
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diminta menangani kasus kekerasan bernuansa agama, sehubungan terjadi kerusuhan massa di Bekasi Minggu (8/8) terkait penolakan warga terhadap adanya keberadaan rumah ibadah yang belum dilengkapi izin.

"Sebab tugas melindungi seluruh umat beragama saat mereka beribadah adalah tugas pemerintah," kata Sekjen ICIS KH Hasyim Muzadi, di bersama tokoh lintas agama di Bekasi, Selasa. Selain Hasyim, tokoh lintas agama yang turut hadir antara lain Ketua Umum PGI Pdt Andreas A Yewangoe, Ketua KWI Mgr Mandagi, dan Ketua PGLII Pdt Nus Reimus.

Pada kesempatan itu tokoh lintas agama berjanji akan berkirim surat kepada Presiden agar memberikan perhatian terhadap kasus tersebut. Hasyim menyatakan prihatin dengan kasus kekerasan bernuansa agama yang belakangan ini masih terjadi di Indonesia. Pada bagian lain mantan Ketua Umum PBNU itu meminta semua pihak menempatkan masalah jemaat HKBP pada posisi yang proposional.

Menurutnya, ada perbedaan antara masalah orang yang sedang melaksanakan peribadatan dengan masalah administrasi perizinan mendirikan rumah ibadah. "Kebaktian adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan. Sedangkan masalah administrasi mendirikan rumah ibadah adalah masalah dunia, bukan hubungan transendental," katanya.

Soal perizinan, lanjutnya, adalah persoalan antara pihak yang mengajukan perizinan dengan pihak yang berwenang menerbitkan perizinan. "Dalam hal ini pemerintah wajib melindungi agar pihak-pihak yang tidak memiliki kepentingan langsung dengan perizinan rumah ibadah tersebut tidak ikut campur pada prosesnya," katanya.

Hasyim mengaku sering menemukan kasus perizinan rumah ibadah terkatung-katung disebabkan ikut campurnya pihak-pihak yang sebenarnya tidak memiliki kepentingan, bahkan mengatur dan menentukan proses perizinan itu.

"Sehingga masalahnya menjadi ruwet dan banyak juga yang akhirnya memunculkan konflik kekerasan yang mengatasnamakan agama, seperti yang terjadi di Kampung Ciketing Asem Mustikajaya ini," katanya. Data dari FKUB Kota Bekasi, kini ada ratusan rumah dan rumah toko yang dialihfungsikan menjadi gereja dan berpotensi menimbulkan resistensi dari warga meski ditempat tersebut sudah ada tempat peribadatan. (mui/ant)