Wednesday, December 15, 2010

Karena takut gempa dua orang wahabi itu akhirnya ikut sholawatan

Sabtu, 4 Desember 2010 14:44

Yogyakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj kembali menjenguk para pengungsi yang mendapat dukungan dari NU dalam kunjungannya ke Yogyakarta, Sabtu. Kunjungan ke pengungsi Merapi ini merupakan kunjungan yang keduakalinya.

Ditengah hujan yang terus berlangsung sepanjang Jum’at sore, Kang Said mendatangi pesantren Al Kodir yang diasuh oleh KH Masrur yang lebih dikenal sebagai Mbah Masrur di Tanjung Wukirsari, Cangkringan, Sleman.

Pada kesempatan tersebut, Kang Said menyerahkan secara simbolis bantuan kepada para pengungsi, terutama untuk kebutuhan keluarga serta sejumlah uang.

Pada pagi sebelumnya telah berlangsung pengobatan massal kepada masyarakat yang ada di sekitar pesantren. Di lokasi pesantren juga berlangsung mujahadah bersama yang juga dihadiri oleh pemuka lintas agama.

Dalam bincang-bincang dengan Kang Said, Mbah Masrur mengungkapkan adanya kelompok Wahabi yang mencoba mengail di air keruh saat bencana dengan menyalahkan ajaran NU seperti tahlil dan sholawatan.

“Pas mereka datang, ada gempa besar, para santri kemudian menggelar sholawatan bersama, dan dua orang wahabi yang ketakutan tersebut ikut sholawatan,” katanya disambut ketawa mereka yang ada di ruang tamu rumahnya.

Di kalangan warga NU Yogyakarta, Mbah Masrur dianggap sebagai salah satu kiai yang memiliki kelebihan spiritual. Ia merupakan kiai yang menolak untuk mengungsi ketika Merapi dalam puncak kerawanan. Alasannya bertahan di pesantren tetap didasari atas logika yang realistis.

"Realistis saja, jarak Kali Gendol dengan pondok ini jauh. Masih ada dua sungai besar yang ada di antara Gendol dan pondok," kata Masrur Ahmad. Sebagai manusia biasa, Kyak Masrur juga mengaku ngeri dan takut dengan ancaman awan panas.

Bahkan dia juga mengaku akan ikut melarikan diri apabila awan panas menerjang pondok. "Saya ini juga takut mati, kalau ada awan panas, saya pasti melarikan diri. Namun sejauh ini kami tidak melihat ancaman tersebut," lanjutnya.

Pesantren Al Qodir sebelumnya pernah mendapat sosialisasi tentang kebencanaan dari NU sekitar tahun 2006 lalu melalui program Community Based Disaster Risk Management Nahdlatul Ulama (CBDRMNU) atau penanganan bencana berbasis komunitas, yang sekarang telah menjadi lembaga tersendiri bernama Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBINU). (mkf) 
http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=26341

0 comments:

Post a Comment