Thursday, December 31, 2009

The Last Kanuragan episode 2

Petani yang mengelus-elus cangkul tadi kini mengamati keadaan yang berbeda. Tatapan mata itu sangat tajam, bahkan seekor rajawali yang mengamati Mandaraka kalah tajamnya dari petani yang satu ini. Tajam sekali, seolah-olah petani ini sangat mumpuni dengan ilmu ajian yang bernah dipelajarinya di Gunung Merapi.

Friday, December 11, 2009

Kebangkitan Neo-Wahabi

Sejak bergulir Reformasi dapat kita tandai dengan adanya kebangkitan berbagai aliran gerakan. Tidak terkecuali Islam. Pada umumnya, gerakan-gerakan baru Islam ini mengusung faham Salafi. Tercatat sejumlah gerakan dalam aliran ini: Fron Pembela Islam (FPI), Lasykar Jihad (LJ), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Lasykar Ahlussunah wal Jamaah, dan lain-lain. Beberapa di antaranya sudah membubarkan diri. Bahkan, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) masuk kategori gerakan ini.

Bagaimana pengelompokan ini didasarkan? Dalam tradisi Islam, aliran Salafi mengacu pada pandangan madzhab salaf. Karakteristik menonjol aliran ini, di antaranya, seruan kembali ke Al Qur’an dan Sunnah Nabi dengan kecenderungan penafsiran secara tekstual dengan mengabaikan konteks, dan semangat meniru generasi salaf al-shalih yang dielu-elukan sebagai masa paling ideal.

Ibnu Taymiah dikenal sebagai penggagas awal teologi Salafi. Istilah Salafi, bisa dikatakan, muncul sejak Ibnu Taymiah ini. Kata “salafi” merujuk ke generasi salaf al-shalih. Sepeninggal Ibnu Taymiah, teologi Salafi makin berkembang. Beberapa kurun selanjutnya, di tanah Najd, Semenanjung Arabia, Muhammad bin Abdul Wahab mengembangkan teologi Salafi dengan lebih spesifik dan makin tajam. Pengembangan teologi oleh Muhammad bin Abdul Wahab dikenal dengan aliran Wahabi. Bagi pengikut Wahabi, istilah ini terdengar kurang baik. Mereka lebih suka disebut pengikut Salafisme.

Pada awal abad 20, pemikiran Ibnu Taymiah dan Muhammad bin Abdul Wahab, sedikit banyak, menjadi pemantik pemikiran Muhammad Abduh. Berangkat dari perpaduan ajaran Ibnu Taymiah dan pencarian Muhammad Abduh, gerakan salafi lantas dikembangkan dengan lebih tertata melalui gerakan Ikhwanul Muslimin. Tokoh paling penting pemberi warna ideologi gerakan ini adalah Sayyid Qutub. Di kalangan islamisis (pakar kajian keislaman), pemikiran Sayyid Qutub disebut dengan istilah Salafi Modern.

Di Indonesia, pemikiran-pemikiran Salafi dibawa oleh KH Ahmad Dahlan. Muhammadiyah berdiri. Organisasi ini menyebut dirinya sebagai persyarikatan kaum Puritan Islam. Untuk pertama kali, dalam disertasi doktornya, Deliar Noer menyematkan Muhammadiyah sebagai gerakan Modernis. Sebuah istilah, yang saya duga, untuk menstigma organisasi sejawatnya, Nahdlatul Ulama (NU) agar identik dengan gerakan kampungan.

Hal menarik dari perjalanan Muhammadiyah, selama beberapa dasawarsa awal, organisasi ini lebih cenderung mengadopsi Salafisme Wahabi. Perubahan penting terjadi menjelang tahun 80-an beberapa saat setelah terjadi Revolusi oleh para mullah Syiah di Iran. Keberhasilan Revolusi Iran tahun 1979 menciptakan kegairahan baru dunia Islam. Dimana-mana orang menganggap bahwa Revousi ini adalah awal dari kebangkitan dunia Islam yang selama beberapa abad mengalami kemunduran. Muslim Indonesia tidak terkecuali. Meski Revolusi itu terjadi di Iran, tetapi Ikhwanul Muslimin, yang bersumber di Mesir, mendapat berkah. Ikhwanul Muslimin mendadak populer. Di Indonesia, terjemahan buku-buku Sayyid Qutub laris. Apa sebab? Bagi kalangan Muslim Indonesia, pemikiran Sayyid Qutub lebih bisa diterima, karena sama-sama Sunni. Selain itu, Sayyid Qutub mampu meramu pemikirannya dengan amat tertata. Bersamaan dengan tren ini, Muhammadiyah mengadopsi pemikiran Salafi Modern. Sebuah pemikiran yang lebih moderat dibanding Salafi Wahabi. Apa alasannya? Wahabi gampang menyalahkan dan membid’ahkan kaum Muslim yang tidak sepaham. Saya kurang sepakat dengan pendapat Karen Armstrong yang menyatakan bahwa Qutubisme (merujuk ke pemikiran Sayyid Qutub) lebih radikal dibanding Wahabi, seperti tulisannya di The Guardian, 11 Juli 2005. Yang lebih tepat, sebaliknya.

Pilihan Muhammadiyah ini tidak terlepas dari peran anak-anak muda kala itu. Kemunculan tokoh seperti Amien Rais, Kuntowijoyo, Syafi’I Maarif, Affan Ghafar, Syafiq Mughni, M Amin Abdulla, Abdul Munir Mulkhan, Moeslim Abdurrahman -–untuk menyebut beberapa nama saja-- adalah penanda kebangkitan Muhammadiyan baru. Di tangan mereka, Muhammadiyah menjadi organsisasi Islam moderat dan makin disegani. Diperkuat lagi dengan akomodasi politik Suharto dalam perlakuannya terhadap organisasi-organisasi Islam, dengan memanjakan organisasi Islam Puritan ini. Wajah keras Wahabisme di tangan mereka perlahan luntur. Apa buktinya? Perang TBC (Taqlid, Bid’ah & Churafat) yang selama bertahun-tahun menjadi agenda utama, perlahan-lahan mereda. Bahkan beberapa tahun lalu, sebagian warga Muhammadiyah mulai mempertanyakan keefektivan cara dakwah “keras” ini. Mereka mengusulkan dakwah kultural, yang tidak lagi dengan gampang menyebut orang lain bid’ah hanya karena berdakwah dengan pendekatan budaya setempat. Di tangan tokoh-tokoh moderat ini pemikiran Ikhwanul Muslimin tidak serta merta dijiplak utuh. Mereka membuang jauh-jauh ide pan-Islamisme, mengambil hanya sisi pemikiran gerakan sosialnya. Suatu saat, Amien Rais mengatakan: Tidak ada negara Islam.

Apakah usaha mereka berhasil? Selama beberapa dekade, iya. Namun, di tataran massa Muhammadiyah, kegandrungan pada pemikiran Sayyid Qutub tidak hanya terbatas pada pemikiran sosialnya, tetapi juga pada politisnya. Pada saat suara-suara warga ini tidak ditampung oleh elit-elit Muhammadiyah, mereka lebih memilih bermain di luar area. Gerakan usroh, tarbiyah, halaqah, dan sejenisnya, yang menjamur di lingkungan kampus dan masjid, merupakan bentuk luapan kegelisahan anak-anak muda dan suara protes tidak langsung. PKS berkembang dari gerakan protes ini.

Di samping itu, kepulangan para veteran perang Afghanistan pasca kejatuhan Uni Soviet memberi warna baru. Persentuhan langsung dengan para pejuang dari negara lain selama perang pembebasan Afghanistan makin memperteguh Wahabisme mereka. Pengalaman tempur di medan perang menambah keyakinan bahwa otot dan senjata menjadi identitas baru. Sebuah identitas kekerasan.

Akan tetapi, sekembali mereka di Tanah Air, ide Wahabisme yang mereka bawa tidak diberi tempat oleh elit Muhammadiyah kala itu. Mereka lantas mendirikan atau berkumpul dalam organisasi-organisasi baru, seperti Lasykar Jihad, Fron Pembela Islam, Majelis Mujahidin Indonesia dan Hizbut Tahrir. Organisasi ini adalah diantara organsisasi yang menjadi pilihan warga Muhammadiyah yang menganggap organisasi ini terlalu lembek dalam menyuarakan kepentingan baru mereka. Bahkan, dalam kaitan dengan Syariat Islam, Muhammadiyah pernah dituduh sebagai banci oleh warganya yang radikal. Dulu, warga Muhammadiyah garis kanan, seperti Ali Imran, Amrozi, Ja’far Umar Thalib dan Abu Bakar Baasyir, tidak mendapat tempat di Muhammadiyah. (Ahmad Najib Burhani, Menebak Masa Depan Liberalisme di Muhammadiyah, Islam Progresif, message no. 1519). Mereka inilah Neo-Wahabi itu, gerakan Wahabi baru yang dipadu dengan kemampuan tempur yang dibawanya ke tengah-tengah masyarakat.

Kini, sejak Muktamar Muhammadiyah ke-45 di Malang, 3-8 Juli 2005, para veteran itu sudah kembali menguasai Muhammadiyah. Tokoh-tokoh moderat tersingkir. MUI pun sepertinya sudah mulai direngkuhnya. Apa indikasinya? Fatwa-fatwa keluaran MUI baru-baru ini terlihat memiliki kesan terwarnai oleh tangan-tangan Neo-Wahabi tersebut. Mereka mengagungkan teks secara berlebihan dengan mengabaikan konteks Mereka mudah membid’ahkan dan mensesatkan segala bentuk perbedaan. Gampang menyerbu bukan kelompok sepaham, tanpa toleransi. Gampang mencibir kalangan Islam yang bukan pengikut mati generasi salaf al-shalih. Kata-kata “bid’ah”, “kafir”, “musuh Islam”, “penghancur Islam dari dalam”, dan seterusnya, mudah menjadi ungkapan harian.

Dengan kebangkitan Neo-Wahabi ini, kita bisa menebak arah perjalanan Islam Indonesia ke depan. Wajah Islam Indonesia mulai memunculkan ketidak-ramahan. Akankah semua ini dibiarkan?

PKS Jadi Mainan Baru Amerika

Pengamat politik internasional KH Hasyim Wahid (Gus Iim) menyatakan, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), salah satu partai politik berbasis Islam yang mulai berkembang di Indonesia hanyalah mainan baru Amerika Serikat.

Dikatakannya, keadaan dunia berubah pasca perang dingin. Dunia menjadi kawasan pasar bebas sehingga dikehendakilah masyarakat yang pro pasar. Sementara kelompok Islam tradisionalis dan modernis dianggap terlalu nasionalis untuk bisa menyesuaikan diri dengan pasar bebas. ”Maka dimunculkanlah Islam baru yang namanya PKS, yang lebih sesuai dengan pasar global,” katanya.

Gus Iim berbicara dalam acara refleksi akhir tahun bertajuk NU dalam Konstalasi Politik Nasional yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Ikatan Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau IKA-PMII di aula gedung PBNU Jakarta, Kamis (18/12).

Menurut adik kandung KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini, sebagai organisasi yang berjenjang global, PKS terpolarisasi dalam beberapa kelompok. “Di dalamnya memang retak-retak. Yang satu berkiblat ke Departemen Luar Negeri Amerika, satu lagi terkait dengan DI/TII tapi semuanya Amerika juga,” katanya.

Menurut Gus Iim, reformasi Indonesia sebenarnya tidak ada. Yang ada hanyalah peristiwa penjatuhan Soeharto oleh Amerika Serikat. Menurutnya, pasca perang dingin Amerika sudah tidak perlu lagi “centeng” di beberapa negara, termasuk Soeharto.

"Gelombang demokratisasi itu sebenarnya tidak ada. yang ada adalah cerita bahwa Amerika sedang sibuk membawa pembaharuan pengelolaan ekonomi di negara kaya minyak dan mineral,” katanya.

Bersamaan dengan itu kelompok Islam tradisionalis dan modernis dianggap sudah tidak dibutuhkan.

Dikatakannya, sebelumnya memang dimunculkan dikotomi Islam tradisionalis dan Islam modernis. Islam yang tradisionalis dalam hal ini diwakili oleh Nahdlatul Ulama (NU) disingkirkan. Kelompok yang identik dengan kaum sarungan ini dianggap tidak layak turut serta dalam pembangunan ekonomi sehingga dianggap tidak berhak mendapatkan akses.

Namun, lanjut Gus Iim, meski tak mendapat akses langsung, kelompok tradisionalis bergerak dan berkembang terus. Anak-anak dari kelompok sarungan ini belajar berbagai macam disiplin ilmu, selain ilmu keagamaan, sehingga bisa beraktifitas di mana-mana.

”Orang sekarang kaget melihat orang NU paling rapak ilmunya,” katanya. ”Betapa NU tumbuh dengan luar biasa, tanpa fasilitas negara. Sekarang kalau ada anak NU berusia 30, kalau dikasih kesempatan akan bisa melobi negara di dunia manapun.”

Dalam hal pengembangan teknologi informasi, tambahnya, orang akan kaget melihat peringkat dalam www.alexa.com, situs pemantau rating website seluruh dunia, dimana media informasi NU Online www.nu.or.id menjadi website organisasi sosial kemasyarakatan yang paling banyak dikunjungi di dunia. ”Menurut kenyataan ini, kaum sarungan sudah tidak dianggap enteng,” kata Gus Iim.

Membaca Surat Kahfi pada Hari Jum’at

Amalan apa saja yang sunnah dilaksanakan pada hari Jum’at? Dan bagaimana hukumnya membaca surat al-Kahfi (surat ke-18 dalam Al-Qur’an) pada hari Jum’at?

Seperti kita ketahui, hari Jum’at merupakan hari yang paling mulia dalam Islam. Karena hari itu merupakan hari raya mingguan bagi umat Islam. DR Muhammad bakar isma’il dalam Al-Fiqhul Wadhih minal Kitab was Sunnah menyatakan, hari Jum’at merupakan hari yang sangat mulia di sisi allah SWT. Hari itu merupakan hari yang dipilih oleh Allah SWT sebagai hari raya mingguan bagi kaum muslimin. Pada hari itu mereka berkumpul untuk melaksanakan shalat dengan penuh keramahan dan kecintaan.

Karena itu, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah pada hari itu. Di antaranya adalah memperbanyak wirid dan dzikir. Karena pada hari itu ada saat waktu istijabah yang sengaja dirahasiakan oleh Allah SWT agar hamba-hamba-Nya lebih giat mencari waktu tersebut. Termasuk juga yang disunnahkan adalah membaca shalawat kepada nabi Muhammad SAW.

عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيْهِ خُلِقَ آدَمُ، وَفِيْهِ النَّفْخَةُ، وَفِيْهِ الصَّعْقَةُ، فَأَكْثَرُوا عَلَيَّ مِنَ الصَّلَاةِ، فّإنَّ صّلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ، قَالُوا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ؟- أي بَلِيْتَ- قَالَ: إنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ حَرَّمَ عَلَى الْأرْضِ أنْ تَأكُلَ أجْسَادِ الْأنْبِيَاءِ—سنن ابن ماجه


Diriwayatkan dari Aws bin Aws, Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya hari yang paling mulia bagi kalian adalah hari Jum’at. Pada hari itu Nabi Adam AS diciptakan, di hari itu ditiupkan ruh, dan pada hari itu dilaksanakan siksaan. Karena itu maka perbanyaklah membaca shalawat kepadaku. Sebab shalawat yang kamu baca pada hari itu akan didatangkan kepadaku. Lalu sahal seorang sahabat bertanya: Wahai Rasulullah bagaimana mungkin shalawat yang kami baca itu bisa dihadapkan kepadamu, padahal engkau telah hancur dimakan bumi? Rasulullah SAW menjawab: Sesungguhnya Allah ’Azza wa Jalla mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi-Nya. (HR Ibnu Majah, 1075)

Di antara amalan yang dianjrkan juga adalah membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada hari Jum’atnya.

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُذْرِيّ قَالَ مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ

Diriwayatkan dari Abi Said Al-Khudri, ia berkata, Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, maka Allah SWT akan menyinarinya dengan cahaya antara dia dan rumah yang penuh dengan keindahan. (Sunan Ad-Darimi, 3273)

Membaca Shalawat dan membaca surat al-Kahfi pada malam atau hari Jum’at itu sunnah. Dalam hal ini DR Muhammad Bakr Isma’il menyatakan, seorang muslim disunnahkan untuk memperbanyak membaca shalawat kepada Nabi SAW pada malam hari Jum’at. Begitu juga sunah sunnah membaca surat al-Kahfi pada malam dan hari Jum’at. (Al-Fiqhul Wadhih minal Kitab was Sunnah, hal 241)

ADZAN SELAIN KEPENTINGAN SHOLAT

Rupanya tidak begitu lazim adzan disuarakan di kala ada seorang yang mau berangkat haji. Akhir-akhir ini yang dilakukan oleh calon jamaah haji ialah pamit sana sini, ke semua sesepuh, para ulama, kiai, dan tokoh masyarakat, kira-kira satu minggu sebelum hari keberangkatan.

Bahkan ada yang menyelenggarakan pengajian akbar dengan mendatangkan muballigh/kiai di luar daerah. Maksudnya tidak lain adalah berpamitan dan minta maaf kepada saudara seiman sehubungan akan keberangkatannya pergi ibadah haji. Akan tetapi biasanya orang NU membuat acara demikian: pengantar protokolir, sambutan, doa calon jamaah haji, penutup dan adzan untuk keberangkatan.

Adzan yang dikumandangkan orang NU ni bberdasarkan pada, pertama, penjelasan dalam kitab I’anatut Thalibin, Juz 1 hlm 23 berikut ini:

قوله خلف المسافر—أي ويسنّ الأذان والإقامة أيضا خلف المسافر لورود حديث صحيخ فيه قال أبو يعلى في مسنده وابن أبي شيبه: أقول وينبغي أنّ محل ذالك مالم يكن سفر معصية

"Kalimat 'menjelang bepergian bagi musafir' maksudnya dalah disunnahkan adzan dan iqomah bagi seseorang yang hendak bepergian berdasar hadits shahih. Abu Ya’la dalam Musnad-nya dan Ibnu Abi Syaibah mengatakan: Sebaiknya tempat adzan yang dimaksud itu dikerjakan selama bepergian asal tidak bertujuan maksiat."

Dalil kedua diperoleh dari kitab yang sama:

فائدة: لم يؤذن بلال لأحد بعد النبي صلى الله عليه وسلم غير مرة لعمر حين دخل الشام فبكى الناس بكاء شديدا – قيل إنه أذان لأبي يكر إلي أن مات ... الخ

"Sahabat Bilal tidak pernah mengumandangkan adzan untuk seseorang setelah wafatnya Nabi Muhammad kecuali sekali. Yaitu ketika Umar bin Khattab berkunjung ke negeri Syam. Saat itu orang-orang menangis terharu sejadi-jadinya. Tapi ada khabar lain: Bilal mengumandangkan adzan pada waktu wafatnya Abu Bakar."

Dalil ketiga, dalam Shahih Ibnu Hibban, Juz II, hal 36:

من طريق أبي بكر والرذبري عن ابن داسة قال: حدثنا ابن محزوم قال حدثني الإمام على ابن أبي طالب كرم الله وجهه وسيدتنا عائشة رضي الله عنهم—كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا استودع منه حاج أو مسافر أذن وأقام – وقال ابن سني متواترا معنوي ورواه أبو داود والقرافي والبيهقي

"Riwayat Abu Bakar dan Ar-Rudbari dari Ibnu Dasah, ia berkata: Ibnu Mahzum menceritakan kepadaku dari Ali dari Aisyah, ia mengatakan: Jika seorang mau pergi haji atau bepergian, ia pamit kepada Rasulullah, Rasul pun mengadzani dan mengomati. Hadits ini menurut Ibnu Sunni mutawatir maknawi. Juga diriwayatkan oleh Abu Dawud, al-Qarafi, dan al-Baihaqi."

Demikian pula kata Imam al-Hafidz yang dikutip oleh Sayyid Abdullah Bafaqih, Madang. Menurutnya, hadits ini juga terdapat dalam Shahih Ibnu Hibban, Juz II, hal 36.


KH Munawir Abdul Fattah
Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta

Friday, November 27, 2009

LIMA PILAR SOKOGURU TUNTUNAN DAN BIMBINGAN HADLRATUS SYAIKH ACHMAD ASRORI AL ISHAQI RA

A. PENGERTIAN
1. Lima Pilar Utama merupakan dan menjadi SOKOGURU, tuntunan dan bimbingan, serta fatwa dan amanat wasiat Hadlratus Syaikh Achmad Asrori Al-Ishaqi, RA selaku mursyid - guru thoriqoh, terdiri dari 5 (lima) hal pokok, yang wajib untuk ditaati dan diamalkan oleh setiap dan segenap murid thariqah dan jama'ahnya, dengan mengikut contoh suritauladan beliau.
2. Lima Pilar Utama yang menjadi SOKOGURU tuntunan serta bimbingan Hadlratus Syaikh itu, meliputi dan terdiri dari:
1) hal yang berkenaan dengan al-Thariqah;
2) hal yang berkenaan dengan Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah;
3) hal yang berkenaan dengan Yayasan Al-Khidmah Indonesia;
4) hal yang berkenaan dengan Perkumpulan Jama'ah Al-Khidmah;
5) hal yang berkenaan dengan Keluarga Hadlratus Syaikh Achmad Asrori Al-Ishaqi RA, yaitu istri serta putra-putri keturunannya.
3. Jamaah Thariqah al-Qadiriyyah Wa al-Naqsyabandiyyah, Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah, Yayasan Al-Khidmah Indonesia, Perkumpulan Jama’ah Al-Khidmah dan Keluarga dihimpun dalam satu wadah bernama LIMA PILAR yang menjadi SOKO GURU penerus ajaran, tuntunan dan bimbingan Hadlratus Syaikh Achmad Asrori Al Ishaqi RA untuk melestarikan perjalanan, lelampahan dan perjuangan Beliau.

B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud ditetapkannya ke-5 (lima) pilar utama sebagai sokoguru tuntunan dan bimbingan Hadlratus Syaikh adalah untuk dijadikan dasar dan ageman serta pedoman dan landasan yang kuat, bagi dan oleh setiap dan segenap murid thariqah serta jamaahnya di dalam berkhidmah. Tujuan dituangkannya dalam sebuah naskah, untuk dan agar supaya menjadi sebuah kodifikasi dan dokumentasi guna menjamin adanya kepastian dan kemurnian yang abadi dan lestari, memelihara serta menjaga keasliannya, selain dari pada itu menghindari dan mencegah pemalsuan, kepalsuan, penyimpangan atau penyelewengan yang dilakukan oleh mereka yang tidak bertanggung jawab.

C. POKOK-POKOK PENYUSUNAN NASKAH
Untuk memberikan pengertian dan pemahaman yang jelas dan pasti mengenai Lima Pilar Utama yang menjadi Sokoguru tuntunan dan bimbingan Hadlratus Syaikh maka perlu disusun dan dituangkan dalam suatu naskah yang merupakan sebuah dokumen resmi, secara sistematis sebagai berikut:
1. Pokok dan Prinsip Dasar Tuntunan dan Bimbingan Thariqah
2. Pokok dan Prinsip Dasar Pengelolaan Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah
3. Pokok dan Prinsip Dasar Pengelolaan Yayasan Al-Khidmah Indonesia
4. Pokok dan Prinsip Dasar Organisasi Perkumpulan Jama'ah Al-Khidmah
5. Partisipasi dan Wujud Rasa Tanggungjawab Pemangku Keluarga

D. PELAKSANAAN
1. Ke-Lima Pilar Utama berkewajiban untuk membentuk suatu lembaga atau badan yang disebut Majelis Penentu Kebijakan, yang anggotanya terdiri dari perwakilan/pemangku masing-masing pilar.
2. Majelis Penentu Kebijakan secara kolektif dan kolegial, berwenang dan berhak serta berkuasa untuk menentukan garis kebijakan kelima pilar, secara musyawarah untuk mencapai mufakat.
3. Segala keputusan majelis dinyatakan sah dan dapat diterima atau dibenarkan, apabila disetujui serta disepakati secara aklamasi, oleh-dan melalui musyawarah kelima pilar tersebut dengan ketentuan apabila salah satu dari kelima pilar tersebut, tidak meyetujuinya, maka keputusan tersebut batal demi hukum.
4. Majelis Penentu Kebijakan dapat memilih dan mengangkat serta menunjuk seorang koordinator, yang akan mengatur mekanisme kerja dan menjalankan kegiatan roda organisasi Majelis.
5. Semua Pelaksanaan Lima Pilar maupun Majelis, dituangkan didalam bentuk peraturan yang dibuat dan ditentukan oleh Majelis.
Sesi berikutnya adalah uraian masing-masing pilar dari kelima pilar, sesuai dengan jadwal Drs. H. Ainul Huri sebagai Ketua Yayasan Al-Khidmah Indonesia (YAKIN) menguraikan tentang sejarah dan kiprah yayasan. Inilah cuplikannya:
Yayasan Al-Khidmah Indonesia didirikan pada tahun 1995 / 1415 H. YAKIN didirikan sebagai persyaratan untuk mendirikan pendidikan formal, menyediakan sarana dan prasarana pendidikan dan ibadah dan untuk mencari dana keperluan Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah.
Sesuai dengan amanat Hadlratus Syaikh RA, H. Ainul juga menjelaskan bahwa pengurus yayasan tidak diperkenankan menangani pendidikan secara langsung, beliau juga menegaskan bahwa YAKIN sama sekali tidak punya aset. Sejak berdirinya ketua YAKIN dijabat oleh Bpk Drs. Ainul Huri, Sekretaris : Prof. drg. Coen Pramono dan bendaharanya adalah drg. Jusuf Sjamsudin.
Selanjutnya Ust. Musyaffa’ dan Ust. Choirus Sholihin mewakili Pilar Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah menjelaskan tentang kepondokan. Hal-hal yang ditekankan adalah amanat-amanat dari Hadlratus Syaikh yang tidak boleh dirubah sampai kapanpun, diantaranya : Rasio perbandingan pelajaran agama dan umum adalah 70 % : 30 %, pakaian untuk sekolah adalah kopyah putih, sarung dan jubah putih, kegiatan-kegiatan Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah ada tiga. Pertama; kegiatan yang bersifat Syiar. Kedua; wadlifah. Ketiga; pendidikan. Serta hal-hal lain tentang kepondokan.
Pada saat pemaparan tentang Pilar Pemangku Keluarga yang diwakili oleh Bpk. Emil Sanif Tarigan, hujan air mata tak terelakan. Pak Emil, begitu panggilan akrab beliau, mengajak para peserta Rakernas untuk merenung sejenak tentang kepulangan Hadlratus Syaikh RA keharibaan Allah SWT. Pak Emil juga membacakan SMS yang dibuat dan dikirimkan oleh Hadlratus Syaikh pada tanggal 3 mei 2009. SMS itu menggambarkan betapa rasa cinta Beliau kepada murid-muridnya jauh melebihi dari apa yang dilihat, dirasa dan dibayangkan selama ini.
Pada sesi pemaparan Pilar Jamaah Al-Khidmah, H. Hasanuddin SH sebagai Ketua Umum tidak banyak menyampaikan materi. Intinya Bung Has mengajak kepada para pengurus dan anggota Jamaah Al-Khidmah untuk tetap melestarikan program-program Al-Khidmah yang selama ini telah berjalan seperti ketika Hadlratus Syaikh RA belum berpulang.
Ketua Pusat Thariqah Abdur Rosyid, didampingi oleh ustadz senior Al-Fithrah Wahdi Alawy, mendapat giliran terakhir untuk memaparkan tentang kethariqahan. Berikut cuplikannya :
1. Pada pengajian Ahad ke-II tanggal 12 Rajab 1430 H / 5 Juli 2009 Hadlratus Syaikh Achmad Asrori Al-Ishaqi RA menyatakan tidak ada orang yang bisa menggantikan beliau sebagai guru mursyid penerus beliau.
Syarat untuk menjadi mursyid:
1. Mengetahui dan meyakini aqidah Ahli Sunnah Wal Jama'ah dalam bidang Tauhid.
2. Mengetahui dan mengerti Allah (ma'rifat billah).
3. Mengetahui hukum-hukum fardhu 'ain.
4. Mengetahui dan mengerti adab-adab dalam hati, cara membersihkannya, menyempur¬nakan¬nya, melirik dan melihat terhadap penyakit-penyakit jiwa.
5. Telah diberi restu dan izin dari gurunya.
2. Imam Khushushi adalah orang-orang yang telah ditunjuk oleh Hadlratus Syaikh Achmad Asrori Al-Ishaqi RA untuk menjadi imam Khushushy. Selain memimpin majlis Khushushi di wilayahnya masing-masing, imam khushushi semampu mampunya mengikuti majlis Khushushi di Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah.
3. Hanya murid thariqah yang telah ditunjuk oleh mursyid/guru thariqahnya sajalah yang dapat dan diperbolehkan menjadi dan sebagai imam khushushi untuk/dari jama’ah thariqah yang bersangkutan.
4. Seorang imam Khushushi yang ditunjuk dan telah ditetapkan oleh seorang mursyid/guru thariqah, tidak diberi kekuasaan dan/atau kewenangan sama sekali, dan oleh karenanya, dia tidak diperbolehkan untuk menunjuk dan/atau mengangkat seseorang, atau orang lain sebagai pengganti dirinya dan/atau untuk mewakili dirinya selaku imam khushushy.
5. Organisasi Kepengurusan Thariqah:
• Tentang organisasi thariqah merujuk kepada buku Pedoman Kepemimpinan dan kepengurusan dalam kegiatan dan Amaliah al-Thariqah dan Al-Khidmah.
• Hadlratus Syaikh telah menetapkan kepengurusan jamaah terdiri dari kepengurusan Jamaah Thariqah, Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah, Yayasan Al-Khidmah Indonesia dan Perkumpulan Jamaah Al-Khidmah.
• Hadlratus Syaikh mewajibkan seluruh murid dan jama’ah untuk tunduk dan taat kepada ketentuan yang telah ditentukan oleh pengurus.
• Hadlratus Syaikh telah menegaskan dalam majlis sowanan terakhir hari Ahad tanggal 19 Juli 2009 (27 Rajab 1430 H) “….bahwa beliau tidak meridloi orang yang ingkar terhadap kepengurusan dan melarang seluruh murid dan jamaah untuk menghadiri majlis yang diadakan oleh orang tersebut...”.


KESEPAKATAN
Selain menghasilkan keputusan bahwa MUNAS III Al-Khidmah akan diselenggarakan pada Bulan Desember 2009 di Semarang Jawa Tengah, rakernas juga menghasilkan 7 butir kesepakatan yang ditandatangani oleh perwakilan masing-masing pilar. 7 butir kesepakatan itu adalah: Kesepakatan Bersama Tentang Prinsip Dasar Tuntunan Dan Bimbingan Hadlratus Syaikh Achmad Asrori Al Ishaqi Ra.
Dengan Rahmat dan Ridlo Allah SWT MAJLIS LIMA PILAR Berdasarkan atas Pengajian Ahad Wada’ dan Kitab Al-Muntakhabat fi Rabithatil Qalbiyyah wa Shilatir Ruhiyyah, yang dikarang oleh Beliau, Hadlratus Syaikh Achmad Asrori Al-Ishaqi RA.
Dengan ini, bersepakat, bersetuju, bersepaham, berbulat tekad dengan keyakinan i’tiqad yang kuat secara utuh, penuh, menyeluruh, paripurna dan murni, untuk secara bersama-sama bersaksi dan menyaksikan bahwa:
1. Beliau Hadlratus Syaikh, telah menyampaikan berbagai hal tentang Thariqah, Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah, Yayasan Al-Khidmah Indonesia, Perkumpulan Jamaah Al-Khidmah dan Keluarga, yang terejawantahkan pada LIMA PILAR sebagai Prinsip Dasar Ajaran, Tuntunan dan Bimbingan, Beliau Hadlratus Syaikh.
2. Beliau Hadlratus Syaikh, belum pernah, tidak pernah membicarakan, menunjuk, menetapkan, merestui seseorang, sebagai pengganti, wakil Beliau, menduduki, menempati kedudukan Mursyid dan/atau sebagai Mursyid penerus Beliau untuk membawa bendera Thariqah Al-Qadiriyah Wa al-Naqsyabandiyah Al-Utsmaniyah, setelah Beliau.
3. Beliau Hadlratus Syaikh, menetapkan bahwa murid Thariqah Al-Qadiriyah Wa al-Naqsyabandiyah Al-Utsmaniyah adalah seseorang yang telah berbai’at tarbiyah secara khusus kepada Hadlaratus Syaikh Achmad Asrori Al-Ishaqi RA.
4. Beliau Hadlratus Syaikh, menetapkan bahwa Imam Khususi adalah orang-orang yang telah ditunjuk, direstui dan ditetapkan oleh Hadlratus Syaikh Achmad Asrori Al-Ishaqi RA. untuk menjadi Imam Khususi.
5. Beliau Hadlratus Syaikh, telah menetapkan kepengurusan pada masing-masing Jama’ah Thariqah, Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah, Yayasan Al-Khidmah Indonesia, Perkumpulan Jama’ah Al-Khidmah, menguraikan pemangku keluarga yang terdiri dari istri dan anak-anak beliau serta mewajibkan seluruh murid dan jama’ah untuk tunduk dan taat kepada ketentuan yang telah ditentukan oleh Pengurus. Bahwa beliau Hadratus Syaikh tidak ridlo (dunia-akhirat) kepada orang yang ingkar terhadap kepengurusan dan didasari oleh rasa tidak benci pada orang tersebut, melarang seluruh murid dan jama’ah untuk menghadiri majlis yang diadakan oleh orang tersebut.
6. Beliau Hadlratus Syaikh, telah menetapkan peruntukan masing-masing lahan pada lokasi denah pondok dan menetapkan bentuk pondok yang standard sebagai / untuk menjadi ciri Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah dan Pondok lain yang sama, menyamakan, disamakan dengan Pondok Al-Fithrah, pada tempat lain.
7. Beliau Hadlratus Syaikh, telah menetapkan lahan peruntukan makam/pesarean yang dikhususkan untuk keluarga; Beliau sendiri, Istri Beliau dan Putra-Putri Beliau.
Demikian kesepakatan bersama ini dideklarasikan, disahkan pada tanggal ditetapkan, dan ditanda tangani oleh pimpinan sidang, beserta perwakilan peserta masing-masing pilar, sebagaimana terlampir.
Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal: 15 Ramadan 1430 H.
5 September 2009

Ada yang istimewa dalam penutupan Rakernas itu, yaitu kehadiran Habib Thahir Bin Abdullah al-Kaaf yang sengaja datang dari Tegal Jawa Tengah untuk memberikan mau’idzah pemantapan untuk seluruh Pengurus Al-Khidmah dan Thariqah pasca kepulangan Hadlratus Syaikh RA keharibaan-Nya. Dalam kesempatan itu Habib mengingatkan bahwa Hadlratus Syaikh meninggalkan murid dan jama’ah sebatas jasad kasarnya saja, adapun ruhaniyah Beliau akan selalu menyertai perjalanan murid dan jama’ah.

ALAT MUSIK ISLAM(HADROH)

Alat ini pertama ada banyak dari kaum muslimin untuk bisa memainkannya,Dikarnakan dari suaranya yang merdu sehingga banyak kau muslimin berusaha menyebarkan alat ini ke seluruh pulau jawa.Alat ini sudah banyak di mainkan oleh para-para pemuda islam mungkin sudah banyak di majlis-majlis ta'lim juga.Alat ini percis seperti rebana,namun di bedakan dari nama dan cara bermain nya,Alat ini disebut HADROH.

Hadroh adalah sebuah alat yang percis seperti rebana tapi di dlm memain kan nya yang dapat membuat per bedaan.Bunyi dari hadroh dan rebana juga mengeluarkan bunyi yang berbeda
bunyi tersebut berbeda di karnakan dari cara kita memainkannya.

Hadroh sampai saat ini sudah banyak di gunakan untuk acara2 tertentu,misalnya untuk hari kelahiran nabi kita MUHAMMAD SAW dan untuk hajatan2.

Bunyi alat ini selain terdengarnya sangat indah yang ditambahkan lagi dengan sholawatan Nabi yang membuat kita semakin cinta kepada ALLAH SWT dan junjungan kita Nabi MUHAMMAD SAW.
Mungkin di lain sisi kita bisa memainkannya di lain sisi juga kita harus tambah kecintaan kita ter hadap ALLAH SWT dan Nabi MUHAMMAD SAW.Mari kita sebagai penerus islam tebarkan sholawat-sholawat yang banyak untuk dapat memperkuat kecintaan kita kepada Nabi dan sang pencipta.Aamiin

Saturday, November 7, 2009

Ahbabul Musthofa dari Jogja untuk Bangsa

Desir angin malam menggoyangkan ranting-ranting pohon di Kompeks Stadion Kridosono, Kotabaru, Yogyakarta. Suasana seram menyelimuti kawasan Kridosono pada Sabtu Malam (Malam Minggu), 7 November 2009 sebab rombongan 'Kol Brondol' Brajamusti (Brandal Jalanan Musthofa Jati) bergerak mengenakan pakaian serba putih. Mereka yang memakai sepeda motor, seperti aliran Wedus Gembel yang ganas sebab menunjukkan keperkasaannya dengan menyalip kendaraan muda mudi yang tengah berpacaran.

Jajaran BANSER dan Polisi bersiap penuh di jalan-jalan dari arah manapun jua. Menertibkan manusia-manusia langka yang dilindungi bukan perkara yang mudah, jalanan sempat macet meski sebentar karena ndugalnya manusia ini. Iringan sholawatan dari grup Hadroh Ahbabul Musthofa telah mengema di kawasan Kridosono layaknya konser band-band papan atas.

Ribuan masyarakat Yogyakarta berkumpul, manunggal jadi satu kesatuan di halaman kompleks kantor Telkom. Membaca Maulid Simthud Duror adalah hobi masyarakat ini di bawah majlis dari Kota Solo yang diasuh oleh Al Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf. Alunan sholawat yang diiringi oleh rebana, marawis, dan bass ini membuat semangat jama'ah. Tarian tangan ala mereka pun menghiasi halaman.

Malam Minggu yang mengusik ketentraman muda mudi yang biasa berpacaran di kawasan ini. Dan juga perkumpulan genk yang tentunya kurang berkenan. Tapi bagi jamaah ini, hal seperti inilah yang mereka maksud untuk menyadarkan muda mudi tunas bangsa yang 1% kurang strip.

Wednesday, November 4, 2009

Jama'ah Al Khidmah Bantul

Al Khidmah merupakan suatu wadah organisasi yang mewadahi jama'ah ath Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsabandiyyah al Utsmaniyyah. Berpusat di Kedinding Lor, Surabaya, Indonesia.

Jama'ah ini mungkin sudah tidak asing lagi di ranah nusantara. Mursyid Thoriqoh ini adalah Hadhrotusy Syaikh KH Achmad Asrori al Ishaqy ra alm. Jama'ah thoriqoh ini masih dirundung duka mendalam atas kepergian mursyid thoriqoh ke haribaan Allah, Tuhan Sang Maha Pencipta.

Pada tahun 1998, Al Khidmah kecil mulai merangkak di kota Bantul, DIY dengan hadirnya Romo Yai Asrori al Ishaqy ra. di Pondok Pesantren Hidayatul Falaah Bejen asuhan KH Achmad Burhani Asyahidi. Kegiatan awal masih belum mengumumi di khalayak Bantul, hanya sebagian saja. Beberapa pengurus Al Khidmah mulai mengenalkan thoriqoh satu ini kepada masyarakat. Berkat kegigihan itu, pada tahun 2004 terselenggaralah Haul Akbar pertama di Bantul, DIY. Kemudian selang beberapa tahun kemudian cucu Panglima Besar Jenderal Soedirman menyelenggarakan Haul Akbar Pahlawan Indonesia di Ngangklik, Sleman, DIY.

Dan kini, Jama'ah ini berkembang semakin pesat, Kepengurusan Kodya Yogya sudah terbentuk, disusul Kepengurusan Kabupaten Kulon Progo.

Hal Istimewa di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tuesday, November 3, 2009

Khususy Kubro Jama'ah Al Khidmah Yogyakarta

Amaliah Khususy merupakan amaliah dari Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsabandiyyah al Utsmaniyyah bagi mereka yang sudah berbai'at.



Hadirilah Khususy Kubro untuk Al Khidmah DIY, pada :
Hari : Senin
Tanggal : 9 November
Tempat : Masjid Rotowijayan(kompleks Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat)


Terima kasih

Monday, November 2, 2009

Qosidah Burdah

Fama li'ainaika in qultak fufa hamata,
Wa ma liqolbika in qultas tafiq yahimi,
Ayahsabush shobbu annal hubba munkatimun,
Ma baina munsajimin minhu wa mudhthorimi,

Artinya (kurang lebih) :

Kalau tidak mengapa kedua matamu tetap mengalir yang mestinya kau mampu menahannya,
Dan kenapa hatimu tetap gundah padahal kau mampu menentramkannya,
Adakah orang yang sedang kasmaran menyangka bisa merahasiakan rasa cinta?
Sedang airmatanya masih bercucuran dan hati yang masih terbakar api cinta


Kalau mendengar Qosidah Burdah pada bagian ini, apakah kita dapat merasakan getaran dalam hati? Bagaimana bisa musuh-musuh pembenci Kanjeng Nabi itu menangis sejadi-jadinya ketika dia merasa Kanjeng Nabi adalah kekasih Allah bukan kekasih umatnya. Kita yang jelas-jelas mengakui syahadat tain, syahadat rasul tetap saja tidak merasa Kanjeng Nabi dihadapan kita, ngemong dan mengasuh kita. Itu hanya pada Utusan-Nya bagaimana lagi jika kita berada dihadapan Sang Pencipta jasad dan ruh kita. Acuh pun mungkin, karena pada Utusan-Nya saja tidak merasa dia ada. Masya Allah.

Mungkin hanya saja, kita belum terbuka hatinya. Semoga Allah memberikan hati kita terbuka dan bisa merasakan tangisan kerinduan pada Kanjeng Nabi. AMIN.

Sunday, November 1, 2009

The Last Kanuragan episode 1

            Mendung rupanya menggemuruh di ujung langit. Angin yang meniupkan awan itu dengan berani-berani nenunjukkan sikapnya yang tak bertanggung jawab. Namun, apa yang terjadi kemudian adalah bukan menjadi kehendak angin yang dengan keras berusaha mendorongnya.
Apa yang terjadi?
Di balik timur gunung itu memuntahkan cahaya kuning gemerlap. Mendung itu pun lari tersentak melihat cahaya mentari pagi itu. Meskipun telah lari, jejak yang diberikan oleh mendung itu terlihat oleh mentari. Entah, mentari marahkah dengan keadaan yang demikian.
Embun yang bersahaja itu serasa menemani dinginnya pagi sebelum cahaya mentari yang mulai bersinar. Kabut yang melayang-layang riang seperti memberi kesempatan pagi yang segar itu belum akan berujung panasnya mentari. Udara memang bersih namun apa yang ditimbulkan adalah dingin yang berlebih.
Dingin tanpa ujung itu memberi kesan indah bagi burung sriti yang terbang seolah tak memperdulikan apa pun kecuali sarangnya di bawah atap rumah-rumah penduduk. Burung itu terkejut, kenapa orang-orang di rumah masih terpejam matanya, masih terpejam mata hatinya yang terlelap dengan mimpi-mimpi indah.
Burung sriti itu terpaksa berlari setelah dari kejauhan terdengar derap kaki kuda yang berderap kencang. Hanya seekor kuda dengn pengendara yang amat menyesalkan. Biasanya debu mengepul mengejar larinya kuda, namun sekarang tidak ada apa-apa di belakang kuda yang berderap kencang itu.
Setelah semakin dekat.
Warga daerah tersebut tergugah dengan derap kuda yang begitu keras. Kerasnya hingga dapat memecahkan keheningan pagi. Tidak hanya keheningan yang terpecah, namun kecemasan warga pun terpecah. Ibu meminta kejantanan suaminya, sedangkan anak meringkul kedua kaki orang tuanya. Ketakutan itu terus saja membayang hingga suara derap orang berkuda itu lepas di tapal desa.
Kini giliran burung cataka atau rajawali yang melenggang diangkasa mencari sarapan pagi di pasar, jika ada. Kini mata yang tercipta tajam di burung itu memerhatikan dari sebuah arah dengan penuh pengharapan. Harapan dari arah itulah sang makanan pembuka hari keluar. Namun ketika muncul sosok berkuda, rajawali itu murung tujuh kepurung. Dengan tajam ia perhatikan orang itu.
Sosok orang yang belum dikenali oleh cataka itu.  Dari kudanya saja telah terbukti bahwa kuda itu memang kuda pilih tanding, kuda pilihan. Tentunya saja orang yang memilih itu pun bukan orang sembarangan. Dari cara berkudanya pula menandakan bahwa orang yang berkuda itu bukanlah orang awam.
Orang itu bertubuh tegap dengan dada yang membusung jantan. Bajunya yang berbatikkan bunga kenanga sedang mekar dengan ikat kepala yang menggambarkan dirinya adalah orang penting dari kelembagaan keprajuritan. Tapi keanehan terjadi, orang itu menyelipkan bunga melati diantara ikat dan telinga. Dia bernama Mandaraka.
Kemana tujuan orang yang bernama Mandaraka itu pergi?
Ada sebuah bangunan tua di ujung jalan yang tertempuh Mandaraka. Dan tepat disanalah Mandaraka akan singgah dengan sebuah keperluan yang tak pernah di duga sebelumnya. Bangunan itu berdiri dengan corak jogjo yang khas. Entahlah apa guna bangunan seperti ini di tempat seperti ini. Untuk mengamati pergerakan magma yang mungkin saja keluar dari puncak gunung itu.
“Mandaraka,” bisik yang terdengar di gendang telinga Mandaraka.
Mandaraka terkejut, namun tidak untuk mengurangi kecepatan laju tunggangannya. Satu yang membuat Mandaraka memelankan laju kudanya karena bisikan itulah yang berasal dari bangunan itu. Bisikan yang terpesan dari guru kanuragannya di tempat ini. Bisikan itu pula ilmu yang diajikan oleh gurunya.
Semakin dekatlah Mandaraka dengan bangunan itu. Bangunan yang cukup tua, sebagai tempat mengamati pergolakan magma dari dalam perut bumi. Dan guru Mandaraka itulah pewaris ilmu dari leluhurnya untuk menjaga Gunung Merapi.
Orang yang telah cukup umur untuk membaur menjadi tanah lagi berjalan menuruni beberapa anak tangga di bangunan itu. Satu persatu terlewat dengan jalan yang cukup tertatih. Mandaraka yang menyaksikan itu segera meloncat dari punggung kuda tunggangannya. Gerakan yang cukup gesit menyebabkan Mandaraka segera bersanding di tubuh gurunya.
“Kakang Haruna!” teriak Mandaraka.
“Haruna sedang di puncak gunung Anakmas,” jawab orang tua si samping sang peteriak.
Mandaraka tersentak dengan ucapan guru yang mengasuhnya itu.
Tanpa memikirkan jawaban itu, Mandaraka menuntun guru yang membimbingnya saat kecil untuk duduk di pendapa. Agar leluasa dengan bicara orang tua. Mandaraka sepenuhnya tahu akan hal kecil itu.
“Hamba menghadap Guru,” sembah Mandaraka memulai pembicaraan.
Orang tua itu hanya menganggukkan kepalanya dengan ringan seperti terduyun angin pagi.
“Aku telah bersepakat dengan Hyang Widdi Yang Esa tentang sebuah tugas amanat yang mungkin sangat berat bagi mu untuk kau emban,” guru tua itu memulai membicarakan keperluannya mengundang Mandaraka. Helaan nafas yang panjang membuat paru-paru orang tua itu terisi penuh dengan udara sesegar pagi kala itu.
“Satu takdir yang akan membuat diri kamu akan seperti tersiksa oleh kewajiban itu. Kau akan merasa dirimu kuat namun sejatinya kau tersiksa dengan keadaan seperti ini. Kau tahu apakah itu artinya?” tutur manusia tua itu.
Mandaraka yang menyimak dengan cermat menjawab pertanyaan itu hanya dengan menggelengkan kepala yang menandakan bahwa dirinya tidak mengetahui apa pun.
“Sebuah takdir itu hanya terdapat pada tangan mu namun aku harus mencampurinya karena takdir yang semula melekat pada Haruna harus dipindahkan di tangan yang mampu. Haruna telah aku didik sebagai orang yang tahu seluk beluk tentang gunung berapi saja. Ia tidak punya kelebihan lain untuk benar-benar menjalankan takdir ini sebaik kamu. Haruna adalah pewaris tanah ini bukan takdir itu,” jelas orang tua itu.

Mandaraka harus menganggukkan kepalanya untuk tahu bahwa penjelasan itu benar-benar
“Tugasmu hanya mengumpulkan ajian kanuragan pamungkas dari setiap perguruan kanuragan yang ada di Javadwipa. Jika kau sulit bagaimana caranya mewarisi ilmu itu. Bergurulah lagi kepada Ki Ageng Mangir di selatan sana dan Ki Ageng Pragringsing di Gunung Lawu. Kau hanya butuh dua ajian dari orang-orang tersebut untuk nmelancarkan tugasmu,” kembali orang tua itu menjelaskan.
Mandaraka seolah-olah tak punya kebiasaan lain selain mengangguk ketika seseorang sedang berusaha menjelaskan sesuatu. Tentunya saja anggukan itu berarti, dirinya tahu persis bagaimana penjelasan itu.
“Kau pergi tanpa pamitkan? Sekarang Pemanahan sedang mencarimu! Bergegaslah pulang. Sekembalinya jangan kau kasih tahu saudara-saudara mu tentang semua ini,” pesan orang tua itu dengan penuh perasaan.
Angin pagi yang mendesis membuat sebagian daun yang kedinginan terpaksa menggugurkan dirinya sendiri ke tanah. Namun, yang daun itu dapat adalah tanah yang juga dingin bahkan tanah itu pun berair. Daun yang putus asa itu lantas menangis sejadi-jadinya sehingga tubuhnya yang dingin itu berair.
Rajawali yang mengintai Mandaraka sejak di muka jalan, kini mengintai tikus yang sedang beraksi di luar rumah seorang penduduk. Tatapan tajam dari mata sang rajawali itulah tikus-tikus yang beraksi tidak bisa menghindar dari ancaman rajawali yang lapar. Berlari kesana-kemari bukanlah hal yang baik dilakukan oleh tikus-tikus itu, tetapi hanya bersembunyilah hal yang pantas mereka lakukan saat ini.
Mentari kian meninggi sesuai dengan jadwalnya. Para pedagang dari kota raja Glagah Wangi terus berdatangan dengan hadirnya pasar Ngandayaningrat di dekat kota raja Pengging. Sapi-sapi yang tubuhnya besar-besar itu menarik beban berat di belakang tetap menunjukkan kegigihan sapi-sapi itu.
Hanya para petani yang terkejut dengan hal itu. Mengapa orang kota berpindah ke desa. Sebuah pertanyaan para petani yang tak mungkin terjawab tanpa melakukan sebuah tindak lanjut yang terjamin kepastiannya mengapa orang-orang kota berpindah ke Pengging.
“Ingat dengan putra Kakang Kebo Kenanga almarhum?” tanya seorang petani kepada temannya yang sedang mengelus-elus cangkul kesayangannya.
“Apa maksudmu dengan putra Kakang Kebo Kenanga?” tanya balik petani itu.
Petani pertama hanya bisa mengelus-elus dadanya yang setengah berdesir itu.
“Wahyu itu sudah digapainya,” gumam petani pertama itu.
Gumaman itu membuat petani disekeliling petani pertama tercengang. Wajah-wajah itu penuh pertanyaan yang harus terjawab dengan segera karena kata-kata yang terucap dari petani pertama hanya sepenggal kalimat yang kurang jelas. Wahyu apa itu?
“Anakmas Karebet telah mendapatkan Wahyu Kedaton. Wahyu yang diperebutkan oleh para sanak saudara Pangeranku Trenggono. Seletah terbunuhnya Kyai Kali Nyamat dan Sunan Prawata ternyata Anakmas Karebet mengambil alih kekuasaan. Inilah takdir itu,” jelas petani itu dengan singkat namun memberi kesan aneh di wajah petani disekitarnya.

(BERSAMBUNG)

Saturday, October 31, 2009

Jadwal Maulid Simthud Duror

Hadirilah Maulid Simthud Duror Al Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf!

Hari Kamis Tanggal 5 November 2009
Bertempat di Sorowajan, Panggungharjo, Sewon, Bantul (utara perempatan nDruwo)
Dimulai jam 19.30 sampai 23.30


Atas kehadiran, diucapkan terima kasih.

Semoga Allah memberi yang lebih kepada panjenengan sami terlebih karena telah bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Dan tak lupa, semoga kita semua mendapatkan safa'at di dunia maupun di akhirat dari Kanjeng Nabi

Gebrakan Baru Anak Muda Islam di Bantul

Bantul, kota yang berjuluk PROJO TAMAN SARI ini semakin agamis pada akhir-akhir ini. Kenapa tidak? Bantul yang konon merupakan peninggalan sebuah desa kecil semasa Pangeran Diponegoro, salah satu khalifah tanah Mataram ini tinggal di Gua Slarong. Dan kini warisan Pangeran Diponegoro itu menjelma menjadi para kaum muda islam di Bantul yang tentunya berkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pondok pesantren. Mulai dari desa Krapyak Pangungharjo, kemudian Ngrukem Sewon, tak luput dikawasan Plered City, dan di daerah sekitar Bantul.

Kembalinya anak muda agamis Bantul ini memberikan suasana 'sangar' pada daerah ini, karena sering munculnya jamaah putih-putih padati jalan-jalan di kawasan tertentu saat berlangsung pengajian. Amat sangat mengerikan, sliwar sliwer dengan memakai sarung dan berpeci putih.

Inilah jamaah dari kota Solo yang diundang berbagai acara di Bantul, yakni Jama'ah Maulid Simthud Duror Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf. Grub Hadroh Ahbabul Musthofa senantiasa ndereki beliau untuk menambah semangat para jamaah dalam bersholawat. Tabuhan rebana yang meriah dan kompak, tabuhan dari marawis yang kerap mengundang keasyikan, serta tabuhan sang bass yang membuat dada jamaah bergetar. Dan terakhir kemarin, Jamaah ini baru saja mengemparkan tanah pesawahan di kompleks kantor kelurahan Gilangharjo, Pandak, Bantul yang semula sepi.

Gebrakan untuk dakwah dari pemuda Bantul khususnya dari wadah organisasi Nahdlatul Ulama di Bantul.